Welcome

HWAITING!!!!!!!!!!!!!



Wednesday, 5 August 2009

Proposal Penelitian-Akne Vulgaris

PROPOSAL

NAMA : RAHMALIA apriyani
nim : a. 070301176
smt : iv
Prog. : S1 Keperawatan
SITIKADIJAH PALEMBANG

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Akne vulgaris atau biasa kita kenal jerawat adalah penyakit kulit yang populer terutama pada masa remaja. Berbagai upaya dilakukan oleh remaja bila pada wajahnya mulai timbul jerawat. Pada sebagian orang, jerawat dianggap penyakit yang biasa-biasanya yang nantinya juga akan sembuh sendiri. Acne vulgaris merupakan penyakit kulit yang umum terjadi (a common skin disease) dan memengaruhi 85-100% orang pada suatu saat selama hidupnya. Dicirikan dengan adanya papula folikuler noninflamasi (noninflammatory follicular papules) atau komedo (comedones) dan nodul, pustula, dan papula radang dalam bentuk yang lebih berat. Acne vulgaris memengaruhi daerah kulit yang memiliki banyak folikel sebaceous (kelenjar minyak), seperti wajah, dada bagian atas, dan punggung. Karena hampir semua orang pernah menderita akne vulgaris, maka penyakit ini sering dianggap kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Klingman mengatakan bahwa tidak ada seorangpun (artinya 100%), yang tidak pernah menderita penyakit ini. Penyakit ini memang jarng terdapat pada waktu lahir, namun ada kasus yang terjadi pada masa bayi. Penyakit ini tidak fatal, akne yang ringan sering dianggap sebagai proses yang fisiologis, namun sering merisaukan karena dapat mengurangi kepercayaan diri. Masalah psikologis pasien menunjukkan adanya disability (ketidakmampuan), yang serung muncul berupa anxietas, depresi, kehilangan lingkungan sosial dan tidak bisa bergabung dengan kelompoknya. Akne pada adolesen bisa menimbulkan masalah yang berhubungan dengan presexual relationship. Seorang paediatric dermatologist dan paediatrician mermpunyai peranan yang penting dalam menghadapi masalah akne vulgaris yang terjadi pada remaja. Insidensi pada wanita sekitar umur 10-17 tahun dan pada pria 14-19 tahun. Meskipun demikian bisa muncul pertama kali pada usia 25 tahun atau lebih. Sebanyak 12% wanita dan 3% pria akan tetap keluar jerawat hingga usia 44 tahun. Kira-kira 40% dari remaja di bawah usia 15 tahun akan mengalami akne fisiologis dan 15% diantaranya merasa akne yang dideritanya cukup mengganggu sehingga mereka membutuhkan seorang dokter. Menurut Wolff K., dkk (2007), akne umumnya terjadi pada usia pubertas 10 hingga 17 tahun pada wanita, 14 hingga 19 tahun pada pria. Dapat juga muncul pertama kali pada usia > 25 tahun Akne fisiologis ini bisa hilang dalam 3-6 tahun, tapi akne vulgaris yang bermakna secara klinis baru bisa hilang dalam jangka waktu yang lebih lama.
Pada seorang gadis akne vulgaris dapat terjadi pada premenarke. Setelah masa remaja kelaian ini berangsur berkurang. Namun kadang-kadang, terutama pada wanita akne vulgaris menetap sampai decade umur 30 tahunan atau lebih kurang. Diketahui pula bahwa ras oriental ( jepang, cina dan korea) lebih jarang menderita acne vulgaris dibandingkan dengan ras kaukasoid (eropa dan amerika), prevalensi jerawat pada penduduk Amerika Utara keturunan Afrika dan kulit putih adalah sama.( Dito Anurogo, S. Ked., www.kabarindonesia.com: 21-Aug-2008). Di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang, dari 10 penyakit kulit terbanyak, yang paling sering dijumpai adalah acne vulgaris.
’’Makanan sangat berperan memicu timbulnya jerawat seperti coklat, ataupun makanan berminyak atau manis. Sebagian besar pasien akne disebabkan oleh faktor makanan,’’ terang Dr Yuli Kurniawati SpKK dari Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Dr Muhammad Husein (RSMH) Palembang ditemui di ruang kerjanya kemarin. Menurutnya, akne vulgaris (common acne) atau jerawat merupakan peradangan akut unit pilosebaseus (kelenjar minyak dan salurannya). Penyakit inilah yang paling sering dijumpai. (mg39, http://www.sumeks.co.id/ Tuesday, 19 May 2009)
Dalam masyarakat banyak faktor yang dihubungkan dengan timbulnya jerawat tersebut. Salah satu faktor tersebut adalah hubungan antara kosmetik dan acne. Bukti sejarah menunjukkan pemakaian kosmetik pertama kali terjadi di Yunani sejak 3500 tahun Sebelum Masehi. Seiring dengan berjalannya waktu penggunaan kosmetik semakin meluas dalam masyarakat. Pada pertengahan abad ke-20, kosmetik digunakan oleh wanita pada hampir semua lapisan masyarakat di seluruh dunia. Namun sayangnya, walaupun kosmetik telah digunakan selama ribuan tahun, saat itu tidak ada peraturan terhadap pembuatan dan penggunaannya sehingga pemakaian secara rutin menimbulkan efek samping negatif, kecacatan, kebutaan, dan bahkan kematian. Contohnya adalah pemakaian terhadap ceruse (timah putih), yang digunakan pada masa Renaissance, serta kebutaan yang diakibatkan oleh pemakaian maskara Lash Lure pada awal tahun 1900.
Acne kosmetika diperkirakan mengenai 1/3 wanita usia dewasa, dan yang tersering mengenai usia 20 sampai 30 tahun. Kebanyakan pasien dengan acne kosmetika mempunyai riwayat acne pada masa remaja mereka; dan semuanya menggunakan kosmetika. Lesi acne kosmetika terbanyak berupa komedo, terutama komedo tertutup, dan jarang terdapat papul atau pustule. Lokasi yang terkena biasanya adalah dagu, perioral, dan area tulang pipi yang menonjol. Pemakaian kosmetik dalam arti tatarias wajah berdasarkan umur dapat dikelompokan menjadi 3 katagori, yakni: kelompok umur 0-14 tahun, kelompok yang ikut-ikutan memakai kosmetik ibunya. Kelompok umur 17-22 tahun,kelompok yang telah mengenal tatarias. Kelompok umur 22-30 tahun, kelompok yang telah mulai sadar akan pentingnya penampilan dan biasanya telah memiliki kencenderungan untuk ganti-ganti merek kosmetik. Kelompok umur 35-40 tahun, kelompok yang telah dihadapi pada berbagai masalah kulit seperti; timbul keriput, penuaan, fleks dan gelombang lemak. Kelompok umur 50 tahun keatas, kelompok yang mulai pasra dan memakai kosmetik ala kadarnya saja.
Beberapa produk telah dilaporkan mempunyai bahan dasar yang bersifat komedogenik. Bedak wajah, pembersih wajah, tabir surya, krim pelembab pagi, dan krim pelembab malam dapat memiliki bahan dasar yang bersifat komedogenik. Ada sekitar 70 Merek kosmetik yang beredar di pasaran dinyatakan dilarang. Sebab, kosmetik itu dipastikan mengandung zat kimia berbahaya bagi kesehatan. Zat kimia itu antara lain Merkuri, Hidrokinon, dan Asam Retinoat dan bahan pewarna merah K.3."Merkuri atau air raksa merupakan logam berat berbahaya yang merupakan racun. Bahan pemerah K.3 yang biasa digunakan untuk mewarnai kertas," kata Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Husniah Rubiana, di kantornya, Jl PercetakanNegara, Jakarta Pusat, Kamis (11/6/2009), (Ari/aan,
www.detiknews.com). Oleh karenanya, daripada menganjurkan pasien untuk menggunakan make-up bebas minyak dan menghindari pemakaian pelembab yang mengandung minyak, maka akan lebih baik bagi orang-orang dengan kulit yang cenderung berjerawat untuk memilih kosmetik dengan memperhatikan label kosmetik yang akan dipakai. Produk sudah diujikan terhadap komedogenisitas dan acnegenisitas, dan dilabelkan non-komedogenik dan non-acnegenik. Saat ini, rata-rata pabrik kosmetik besar selalu melabelkan hasil uji ini pada produk-produknya dan sebagian besar aman untuk digunakan. Penatalaksanaan Mengingat insidennya yang cenderung meningkat dan pemahaman mengenai patogenesis acne yang semakin kompleks, perlu dilakukan upaya terapi, Mulai dari yang sifatnya konvensional hingga yang paling mutakhir dengan menggunakan modalitas yang paling canggih disesuaikan dengan kemampuan pasien. Penanganan bisa berdasarkan pada patogenesis atau derajat klinis.
Melihat fenomena diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGUNAAN KOSMETIK DENGAN ANGKA KEJADIAN ACNE VULGARIS REMAJA PUTRI SMA NEGERI 10 PALEMBANG TAHUN 2009” .

I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
Apakah ada hubungan antara pengetahuan penggunaan kosmetik dengan penyakit akne vulgaris remaja putri SMA N 10 Palembang ?

I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum
· Mengetahui adanya hubungan antara pengetahuan penggunaan kosmetik dengan penyakit akne vulgaris remaja putri SMA N 10 Palembang.
Tujuan khusus
· Mengetahui dampak penggunaan kosmetik pada kulit wajah remaja putri SMA N 10 Palembang.
· Mencegah penyalahgunaan kosmetik pada kulit wajah remaja putri SMA N 10 Palembang.
· Mengetahui angka kejadian akne vulgari putri SMA N 10 Palembang.

1.4. Manfaat Penelitian
l Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam memberikan penyuluhan remaja khususnya remaja SMA tentang akne vulgaris remaja.
l Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pengelola SMA N I0 Palembang untuk mengetahui prevalensi akne vulgaris remaja putri.
l Bagi Responden Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana bagi remaja putri SMA N I0 Palembang untuk mengetahui tentang akne vulgaris.
l Bagi Peneliti lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya tentang akne vulgaris remaja.
I.5. Ruang Lingkup Penelitian
· Variable yang diteliti
Penelitian ini menggunakan lima variabel. Tingkat pengetahuan, lingkungan herediter, sikap sebagai variabel bebas dan angka kejadian akne vulgaris sebagai variable terikat.
· Subjek
Responden dari penelitian ini adalah remaja putri SMA N I0 Palembang dengan kriteria inklusi sebagai berikut : a. Remaja putri yang berumur 15 – 19 tahun. b. Remaja putri yang mengalami dan yang tidak mengalami keluhan tanda – tanda akne vulgaris.
· Lokasi
Penelitian ini dilakukan di SMA N 10 Palembang.
· Waktu Penelitian
Bulan Juni - Agustus 2009

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Akne Vulgaris
II.1.1. Definisi
Akne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya.
Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya yang terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorfi; terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustu;, nodus, dan jaringan parut yang terjadi akibat kelaian aktif tersebut, baik jarring parut yang hipotrofik maupun yang hipertrofik. ( Sjarif M. Wasitaatmadja,1987:235)
Kelenjar sebasea adalah kelenjar yang paling banyak dan paling produktif pada kulit kepala dan wajah, dan terbesar pada kening, hidung dan bagian atas punggung. Penderita dengan acne menghasilkan lebih banyak sebum daripada yang tanpa acne, meskipun kualitas sebum pada kedua kelompok tersebut adalah sama. Salah satu komponen sebum, trigliserida, memegang peranan dalam patogenesis acne. Secara umun patogenesis acne bersifat multifaktorial, meliputi 4 tahap dasar, yaitu:1. Hiperproliferasi folikel epidermis 2. Produksi sebum yang berlebih 3. Inflamasi 4. Aktivitas Propionibacterium acnes.

II.1.2. Etiologi
Meskipun etiologi yang pasti penyakit ini belum diketahui, namun ada beberapa factor yang berkaitan dengan fatogenesis penyakit.
a. Sebum
Sebum merupakan factor utama penyebab timbulnya akne. Akne yang keras selalu disertai pengeluar sebore yang banyak. Sebum adalah sekresi minyak dari kelenjar sebaceous; dengan keringat / perspiration, sebum membasahi atau melembabkan dan melindungi kulit).
b. Bacteria
Mikroba yang terlihat pada terbentuknya akne adalah Corynebacterium acnes, Staphylococcus epidermidis, dan Pityrosporum ovale. Dari ketiga mikroba ini yang terpenting adalah C.acnes yang bekerja secara tidak langsung.
c. herediter
Faktor genetik cukup berperan, umumnya penderita akne yang berat diturunkan dari orang yang menderita akne juga.
d. hormonal
Hormone androgen. Hormone ini memegang peranan yang sangat penting kerena kelenjar palit sangat sensitive terhadap hormone ini. Hormone yang berasal dari kelenjar adrenal ini dapat menyebakan palit bertamabah besar dan produksi sebunpun meningkat. Esterogen, esterogen dapat menurunkan kadar gonadtopin yang berasal dari kelenjar hipopisis yang mempunyai efek menurunkan produksi sebum. Progesterone, yang kadang-kadang dapat menyebakan akne premenstruasi. Hormone-hormone dari kelenjar hipofisis.
e. diet
Makanan sangat berperan memicu timbulnya jerawat seperti coklat, ataupun makanan berminyak atau manis. Sebagian besar pasien akne disebabkan oleh faktor makanan.
f. iklim
Pada daerah yang mempunyai empat musim, pada musim dingin akne akan bertambah. Dan sebaliknya kebanyakan membaik pada musim panas. Sinar matahari ( U.V) mempunyai efek membunuh bakteri pada permukaan kulit, selain itu sinar uv juga dapat menembus dermis bagian bawah dan atas sehingga juga dapat berpengaruh pada bakteri yang berada di kelenjar palit.

Faktor lain yang cukup berperan, yakni faktor kebersihan wajah, pemakaian kosmetik yang tidak cocok, faktor stres emosi, faktor trauma seperti pemakaian topi, dan kerudung yang terlalu ketat. Selain itu, penggunaan obat-obatan juga berperan timbulnya jerawat. Ada beberapa obat yang dapat memicu akne antara lain kortikosteroid yang sering dicampur dalam jamu dan sering dikenal obat gemuk atau pembentuk otot, pil KB, serta obat anti kejang.
II.1.3. Patogenesis
Patogenesis acne vulgaris multifaktorial. Ada empat faktor utama yang bertanggung jawab pada perkembangan lesi akne: 1.Hiperproliferasi epidermis folikuler dengan subsequent plugging of the follicle. 2.Kelebihan sebum (sekresi minyak dari kelenjar sebaceous; dengan keringat /perspiration, sebum membasahi ataumelembabkan dan melindungi kulit).3.Keberadaan dan aktivitas dari Propionibacterium acnes. 4.Proses radang (inflammation). Follicular epidermal hyperproliferation adalah peristiwa yang pertama kali dikenal di dalam perkembangan akne. Penyebab yang mendasari (underlying cause) terjadinya hiperproliferasi ini belum diketahui. Sampai sekarang, ada tiga hipotesis yang dipertimbangkan untuk menjelaskan mengapa epitel folikuler menjadi hyperproliferative pada orang yang berjerawat. Pertama, hormon androgen terkait sebagai pemicu awal (initial trigger). Komedo, lesi klinis sebagai hasil dari follicular plugging, mulai muncul sekitar adrenarche pada orang yang berjerawat. Derajat akne komedo pada wanita sebelum masa pubertas (prepubertal) berhubungan dengan kadar adrenal androgen dehydroepiandrosterone sulfate (DHEA-S) yang bersikulasi. Tambahan pula, reseptor hormon androgen ada di bagian atau komponen folikel dimana komedo terbentuk; seseorang dengan reseptor androgen yang tidak berfungsi (malfunctioning) tidak akan muncul jerawatnya. Kedua, perubahan komposisi lemak juga berperan dalam perkembangan jerawat. Orang yang berjerawat seringkali memiliki produksi sebum yang berlebihan dan kulit yang berminyak. Sebum yang berlebihan ini dapat mendilusi (mengencerkan) lemak epidermis yang normal sehingga dapat mengubah konsentrasi relatif dari berbagai lemak. Kadar asam linoleat (linoleic acid) terbukti rendah pada orang yang berjerawat, dan, menariknya, kadar ini menjadi normal setelah pemberian isotretinoin yang sukses. Penurunan relatif asam linoleat ini dapat menginisiasi (memicu) pembentukan komedo. Ketiga, proses radang (inflammation) merupakan salah satu faktor yang dipercaya terlibat di dalam pembentukan komedo. Interleukin (IL)–1–alpha merupakan proinflammatory cytokine, yang digunakan pada contoh jaringan (tissue model) untuk menginduksi (memicu) follicular epidermal hyperproliferation dan pembentukan komedo. Meskipun proses radang tidak nyata secara mikroskopis atau klinis pada lesi awal jerawat, namun tetap memegang peranan yang sangat penting di dalam perkembangan acne vulgaris dan komedo (comedones). Kelebihan sebum merupakan faktor penting lainnya di dalam perkembangan acne vulgaris. Ekskresi (pengeluaran) dan produksi sebum diatur oleh sejumlah hormon dan mediator yang berbeda. Hormon androgen, dalam keadaan tertentu, menaikkan produksi dan pengeluaran/pelepasan sebum. Sebagian besar pria dan wanita dengan jerawat memiliki hormon androgen yang bersirkulasi dalam tubuh dengan kadar normal. Suatu end-organ hyperresponsiveness terhadap hormon androgen telah dipercaya sebagai hipotesis (hypothesized). Hormon androgen bukanlah satu-satunya regulator dari kelenjar sebaceous manusia.Banyak agen-agen lainnya, termasuk hormon pertumbuhan dan insulinlike growth factor, juga mengatur (regulate) kelenjar sebaceous dan juga berkontribusi pada perkembangan jerawat. P. acnes merupakan suatu organisme microaerophilic yang terdapat di banyak lesi jerawat. Meskipun, belum terbukti keberadaannya di lesi jerawat yang paling awal terjadi, microcomedo, keberadaannya pada lesi-lesi kemudian hampir dapat dipastikan. Keberadaan P. acnes menaikkan (promote) proses radang melalui berbagai mekanisme. P.acnes menstimulasi (merangsang) terjadinya radang dengan memproduksi mediator-mediator proinflammatory yang menyebar melalui dinding folikel. Riset terbaru menunjukkan bahwa P.acnes mengaktifkan toll-like receptor 2 pada monosit dan neutrofil. Aktivasi toll-like receptor 2 kemudian memacu produksi multiple proinflammatory cytokines, termasuk IL-12, IL-8, dan tumor necrosis factor. Hipersensitivitas terhadap P acnes dapat juga menjelaskan mengapa beberapa orang mengalami jerawat disertai peradangan (inflammatory acne vulgaris) sementara yang lainnya tidak. Peradangan dapat merupakan suatu fenomena primer atau sekunder. Sebagian besar bukti hingga kini menyarankan suatu respon peradangan sekunder terhadap P.acnes sebagaimana telah disebutkan di atas. Bagaimanapun juga, ekspresi IL-1-alpha telah teridentifikasi pada microcomedone, dan dapat berperan pada perkembangan jerawat.
II.1.4. Predileksi (Lokasi) Jerawat biasa timbul di wajah/muka, leher, bahu, lengan atas, tubuh (trunk), dada, punggung, pantat/bokong.
Beberapa sistem gradasi tingkat keparahan akne dikemukakan untuk mengevaluasi pengobatan akne. Pillsbury membagi tingkat keparahan akne dalam 4 tingkatan yaitu : 1. Komedo di muka 2. Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam dimuka 3. Komedo papul, pustul ddan peradangan lebih dalam dimuka, dada, pungung 4. Akne Konglobata II.1.5. Diagnosis Banding Beberapa penyakit yang menyerupai jerawat (acne vulgaris) antara lain:1. Acne conglobata 2. Acne fulminans3. Akne venenata dan akne akibat rangsangan fisik 4. Acne Keloidalis Nuchae 5. Acneiform Eruptions (erupsi yang mirip akne) 6. Folliculitis 7. Perioral Dermatitis 8. Rosacea (dulu: akne rosasea) 9. Sebaceous Hyperplasia 10. Milia 11. Syringoma 12. Tuberous Sclerosis 13. Demodex folliculitis 14. Bacterial folliculitis 15. Papular sarcoidosis II.1.6. Pemeriksaan Laboratorium Penegakan diagnosis acne vulgaris berdasarkan diagnosis klinis. * Pada pasien wanita dengan nyeri haid (dysmenorrhea) atau hirsutisme, evaluasi hormonal sebaiknya dipertimbangkan. Pasien dengan virilization haruslah diukur kadar testosteron totalnya. Banyak ahli juga mengukur kadar free testosterone, DHEA-S, luteinizing hormone (LH), dan kadar follicle-stimulating hormone (FSH). * Kultur lesi kulit untuk me-rule out gram-negative folliculitis amat diperlukan ketika tidak ada respon terhadap terapi atau saat perbaikan tidak tercapai. II.1.7. Pemeriksaan Histopatologis Microcomedo dicirikan oleh adanya folikel berdilatasi dengan a plug of loosely arranged keratin. Seiring kemajuan (progression) penyakit, pembukaan folikular menjadi dilatasi dan menghasilkan suatu komedo terbuka (open comedo). Dinding follicular tipis dan dapat robek (rupture). Peradangan dan bakteri terlihat jelas, dengan atau tanpa follicular rupture. Follicular rupture disertai reaksi badan asing (a foreign body reaction). Peradangan padat (dense inflammation) menuju dan melalui dermis dapat berhubungan dengan fibrosis dan jaringan parut (scarring).
II.1.8. Pengobatan
Prinsip umum
Sangat penting memberi tahu pasien bahwa siklus hidup jerawat sampai 8 minggu (bintik hitam dan jaringan skar dapat lebih lama). Oleh karena itu penanganan akne lebih baik mencegah timbulnya lesi baru. Sebagai tambahan pasien sebaiknya diperingatkan pengobatanan ini dapat berlangsung selama satu tahun dan perubahan regimen dapat disesuaikan dengan kebutuhan dari waktu ke waktu. ditekankan pada pasien bahwa tidak ada pengobatan yang memberi hasil yang sama dari pasien yang satu dengan lainnya.
Secara umum pengobatan sebaiknya dimulai dengan pengobatan topikal, kombinasi antara Benzoil Peroksida (BP) dengan antibiotik topikal seperti erithromisin atau klindamisin merupakan terapi topikal yang paling efektif dari kombinasi lainnya. Pilihan pengobatan antara topikal atau sistemik tergantung dari luas kulit yang terkena dan keparahan lesi.
Pengobatan utama pada akne jenis mild sampai moderate
Tujuan Pengobatan Dosis
mengurangi P. Acne benzoyl peroxide (BP) 2,5 – 10%
azelaic acid 20%
Eritromycin 2%
Clindamycin 1%
BP + clindamycin 5% + 1%
merangsang pengelupasan Retinoid 0,025% – 0,1%
salycylic acid 2%
alpha hidroxy acid 15-20%
Tazarotene 0,1%
mengurangi peradangan Retinoid 0,025% – 0,1%
salycylic acid 2%
alpha hidroxy acid -
mengurangi produksi sebum kontrasipsi oral Paket
Retinoid 0,025% – 0,1%

Langkah strategik dalam penggunaan antibiotik pada pasien akne.
Penggunaan antibiotik secara minimal
 Penggunaan kombinasi antibiotik dengan retinoid topikal
 Penghentian antibiotik jika si pasien telah sembuh
 Terapi perawatan : retinoid topikal + benzoil perokside
 isotretinoinBahan dasar pengobatan topikal
 Krim diberikan pada pasien dengan kulit kering dan sensitif yang membutuhkan formula yang tidak membuat iritasi dan kulit menjadi kering.
 Lotion dapat diberikan pada segala jenis kulit dan merata pada kulit yang berambut, tetapi lotion mengandung propilene glycol yang dapat menyebabkan kulit kering dan terasa terbakar.
 Solution, utamanya digunakan bersama antibiotik topikal yang sering dicampur dengan alkohol. Seperti gel solution bekerja paling baik pada kulit yang berminyak.
 Gel memiliki efek mengeringkan kulit, pasien dengan tipe kulit berminyak akan merasa nyaman dengan menggunakan bahan ini.
Perawatan kulit Pasien sebaiknya memulai perawatan kulit dengan menggunakan bahan yang dapat menyababkan deskuamasi folikular( untuk menghilangkan sumbatan keratun dan komedo), bakteriostatik, mengurangi inflamasi, mencegah kekeringan, dan dapat melindungi dari sengatan sinar matahari. Untuk wanita bisa ditambahkan pembersih (cleansing) dengan antimikroba, eksfoliasi, pelembab dengan zat nonkomedogenik, dengan bahan dasar air, dan melindungi kulit dari sinar UV, terutama jika menggunakan retinoid.
Agen Topical
AntimikrobaAgen topikal yang terdiri atas antibiotik dan retinoid merupakan terapi utama untuk akne ringan sampai menengah biasa di sajikan dalam sediaan sendiri maupun kombinasi. Antibiotik benzoil perokside efektif menangani P. Acne tersedia dalam konsentrasi (2,5%, 5%, 10%) dan sediaan (krim, gel, lotion, sabun batangan). Eritromisin (1,5%-2%), dan klindamisin (1%) merupakan antibiotik topikal spektrum luas, efektif mengobati akne derajat menengah tapi tak terlalu berefek pada komedo. Antibiotik topikal tersebut dipakai dua kali sehari, klindamisin topikal kira-kira memiliki efek yang sama dengan dengan obat oral tetrasiklin 500 mg. Bagaimanapun munculnya resistensi merupakan masalah yang sering dihadapi dan direkomendasikan antibiotik topikal tidak digunakan sebagai terapi utama, kecuali jika dikombinasikan dengan Benzoil Perokside atau retinoid topikal. Tersedia kombinasi topikal BP dengan eritromisin atau klindamisin, kombinasi ini memperlihatkan efek yang lebih baik dibanding sediaan tunggal tanpa meningkatkan efek samping.
Retinoid topical
Retinoid lebih efektif untuk akne komedo, bukan saja membersihkan mikrokomedo tapi juga berguna untuk pengobatan akne yang meradang. Retinoid memodulasi diferensiasi sel dan keratinisasi dan memiliki efek antiinflamasi langsung atapun tak langsung. Retinoid tersedia dalam sediaan gel atau krim dengan kekuatan obat yang berbeda-beda.
Klindamisin Topikal
Deskripsi Rumus bangun klindamisin mirip dengan linkomisin. Perbedaannya hanya pada 1 gugus hidroksil pada linkomisin yang diganti dengan atom Cl. Klindamisin adalah derivat dari linkomisin, terikat pada ikatan 50’s ribosom.7 Klindamisin merupakan kelompok obat antibiotik. Penggunaan topikal membantu dalam mengontrol akne. Klindamisin dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan obat lain baik oral maupun topikal untuk akne. Klindamsiin hanya tersedia hanya dengan resep dokter dengan bentuk gel, larutan maupun suspensi. Sifat Antimikroba Klindamisin yaitu aktif terhadap beberapa bakteri anaerob, kokkus gram positif dan beberapa protozoa. Enterokkkus pada umumnya lebih resisten. Beberapa organisme gram negatif aerob adalah resisten. Bakteri anaerob yang termasuk adalah P.acne.



Hal-hal yang diperhatikan sebelum penggunaan obat
 Alergi
 Kehamilan, Klindamisin belum pernah diteliti pada wanita hamil tetapi obat ini tidak memperlihatkan kelainan bawaan atau masalah lain pada binatang percobaan.
 Menyusui, Klindamsin dalam jumlah sedikit diserap melalui kulit. Hal ini memungkinkan klindamisin berada dalam air susu ibu, tetapi belum ada laporan bahwa klindamisin menyebabkan masalah pada bayi yang menyusu.
 Anak-anak, penelitian klindamisin hanya pernah dilakukan pada pasien dewasa dan tidak ada informasi yang membandingkan penggunaan obat ini pada anak dibawah 12 tahun.
 Paruh baya, tidak ada penelitian yang pernah dilakukan pada usia ini tetapi obat ini diharapkan tidak memberikan efek samping yang berbeda pada pemberian untuk usia orang dewasa muda.
 Obat-obatan lain.
Penggunaan Klindamisin
Sebelum menggunakan obat ini bersihkan daerah yang terkena dengan air hangat dan sabun, bilas dengan baik dan keringkan. Sebaiknya olesi obat ini pada daerah yang biasa terkena akne untukl mencegah munculnya lesi baru. Hindari membasuh muka terlalu sering karena dapat menyebabkan kulit menjadi kering dan lesi bertambah parah. Basuh muka cukup 2 atau 3 kali sehari keculi untuk kulit berminyak bisa lebih sering.8
Efek Samping
 Jarang : Kram abdomen atau perut, nyeri, kembung (parah), diare sampai diare berdarah, demam, haus, mual, muntah, lemas, penurunan berat badan. Efek ini bisa hilang sampai beberapa minggu setelah penghentian obat – Bila timbul efek samping ini hubungi dokter secepat mungkin.
 Kadang-kadang : ruam kulit, gatal, kemerahan, membengkak. Bila timbul efek samping ini hubungi dokter sebisa mungkin. Efek samping ringan (tanpa perlu tindakan medis kecuali jika sangat mengganggu)
 Biasa terjadi : Kulit kering, bersisik, terkelupas.
 Kadang-kadang : Nyeri perut, diare ringan, iritasi, kulit berminyak, rasa perih dan terbakar.
DosisSediaan biasanya disajikan dalam dosis 10 mg/ml gel, 10 mg/ml lotion, 10 mg/ml topical solution. Penggunaan 1-2 kali sehari.
EfektivitasPengobatan topikal dipakai dalam pengobatan akne vulgaris dan terbukti sukses, seperti eritromisin, klindamisin, metronidazole, asam azeloik, benzoil perokside, dan kombinasi benzoil perokside dengan klindamisin atau eritromisin. Kombinasi benzoil perokside dengan klindamisin atau eritromisin telah terbukti efektif terutama mereduksi jumlah P.acne.
Pengobatan topikal yang lain
Benzoil Peroxide (BP) Bersifat bakterisidal dan komedolitik. BP Sebagai agen topikal aktif terhadap P.Acnes. Iritasi pada kulit adalah efek samping yang paling umum. Diberikan dalam berbagai konsentrasi mulai dari 2,5% sampai 10 % .
Asam salisilat Agen ini menghambat terjadinya komedogenesis yang disebabkan oleh deskuamasi epitel folikular. Diberikan dalam konsentrasi 0,5 sampai 2 % dalam sekali atau dua kali sehari.
Sulfur
Agen ini efektif dalam mengobati lesi inflamasi akne dan bersifat keratolisis meskipun efeknya dapat menyebabkan iritasi.
Azelaic Acid
Azelaic acid efektif terhadap pengobatan akne. Bersifat antibakteri dan anti keratin. Tersedia dalam 20% krim yang diberikan 2 kali sehari untuk membersihkan dan mengeringkan daerah yang terkena.
Tetrasiklin
Tetrasiklin adalah antibiotik dengan spektrum luas yang aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif seperti Chlamydia, mycoplasma, riketsia, spirochetes dan beberapa jenis parasit.Efek samping yang ditimbulkan seperti rasa terbakar pada epigastrium, mual, muntah dan kembung. Retinoid
Retinoid adalah derivat dari vitamin A yang berfungsi memperlambat proses deskuamasi dengan demikian0 menurunkan jumlah komedo dan mikrokomedo. Retinoid efektif sebagai agen komedolitik yang digunakan untuk pengobatan akne sejak 25 tahuin yang lalu.

II.2. Peran Kosmetik dalam kesehatan
Menurut peraturan mentri kesehatan no. 220 tahun 1976, kosmetik merupakan bahan atau campura bahan yang di gosokan, diletakan, di tuangkan, dipercikan di semprotkan dan digunakan pada manusia atau hewan untuk membersihkan, memelihara, menembah daya tarik, dan mengubah rupa.
Di lihat dari lokasih pemakaianya kosmetik di bedakna menjadi kosmetik wajah, badan, rambut, kuku, mata dan bibir. Menurut bentuk sediaanya umumnya berbentuk cair, bubuk, krim, pasta, padat, bedak kocok, maupuh bentuk yang disemprotkan. Sedangkan dilihat dari pemakaiannya, kosmetik ini terbagi menjadi kosmetik untuk wanita, pria, bayi, dan hewan.
Masalah mendasar yang perlu di ketahui dalam penggunaan kosmetik adalah harus di sesuaikan dengan pemakaian( kulit bermiyak, normal, kering ), dan lingkungan yang sangat besar perananya terhadap perubahan jenis kulit. Ketidak tahuan pemakaian akan hal ini akan membuat sengsara, sehingga gonta-ganti merek kosmetikpun merupak kejadian yang sering di jumpai.
II.2.1. Iritasi Karena Kosmetik
Pada umumnya manifestasi alergi pada kulit berupa kemerahan, gatal-gatal, bentol-bentol, panas, dan nyeri bila di garuk akan mengakibatkan lecet, kemudian infeksi lantas bernanah. Bila sampai bernanah walaupun keadaannya nanti sudah membaik akan meninggalkan pigmentasi pada kulit. Hal ini akan mengurangi nilai estetika kulit, terutama bagi perempuan.
Untuk mengatasi alergi ini, pertama-tama yang perlu dilakukan mengatasi rasa gatal untuk menghindari tindakan mengaruk yang bias melukai kuli. Rasa gatal dan panas dapat diatasi mengkompres, misalnya dengan memakai es batu di bungkus kain kemudian ditempelkan pada daerah yang gatal. Bila masih terasa gatal maka perlu dioleskan secra teratur obat krim anti-alergi, dan bila daerah alergi pada kulit cukup luas maka penderita harus diberi obat minum melalui suntikan.
II.2.2. Iritasi Akibat Pemakaian Kosmetik
Kulit yang sensitive mudah sekali mengalami iritasi, bila sifat asam kulit hilang akibat pemakaian suatu jenis kosmetik yang sifatnya terlalu basa, maka kulit akan mengalami iritasi. Kulit yang mengalami iritasi biasanya timbul segera setelah pemakaian suatu produk kosmetik.
II.2.3. Akibat Buruk dalam Pemakaian Kosmetik
Sering terjadi gejala fisik yang menunjukan adanya ketidakcocokan terhadap suatu jenis kosmetik. Bentuk ketidakcocokan ini biasanya berupa ruam merah, gatal-gtal dan bintik-bintik kecoklatan. Reaksi pada kulit yang dapat terjadi berupa eksim, jerawat, hiperpigmentasi sedangkan reaksi yang mungkin terjadi pada organ lain bisa mengenai mata, saluran napas dan darah.









BAB III
KERANGKA KONSEP
III.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dibuat berdasarkan masalah yang akan dibahas, dan dalam penelitian ini ada dua variable yang terdiri dari variable terikat dan variable bebas. Variable terikat terdiri atas angka kejadian akne vulgaris sedangkan variable bebas terdiri atas tingkat pengetahuan, lingkungan, herediter.




III.2. Definisi Operasional
III.2.1 variabel terikat
Angka kejadian akne vulgaris
· Definisi : Insiden kejadian akne vulgaris, orang yang menderita akne vulgaris.
· Cara ukur : Wawancara
· Alat ukur : Kuisioner
· Hal ukur : 1. Positif, jika responden pernah menderita akne vulgaris
2. Negatif, jika responden bukan penderita aknevulgaris
· Skala ukur : ordinal

II.2.2. variable bebas
Tingkat pengetahuan penggunaan kosmetik
· Definisi : hal-hal yang diketahui seseorang mengenai penggunaan kosmetik yang sesuai dengan kondi dan struktur fisiologik kulit.
· Cara ukur : wawancara
· Alat ukur : kuisioner
· Hasil ukur : 1. baik, jika mengetahui pengunaan kosmetik sesuai dengan kondisi kulit
2. buruk, jika tidak mengetahui penggunaan kosmetik yang sesuai
· Skala ukur : ordinal

Lingkungan
· Definisi : segala sesuatu yang berada di sekitar seseorang, misalnya sinar matahari
· Cara ukur : wawancara
· Alat ukur : kuisioner
· Hasil ukur : 1. baik, jika berada di lingkungan yang sedikit merangsang kejadian akne vulgaris
2. buruk, jika berada di lingkungan yang sangat merangsang kejadian akne vulgaris
· Skala ukur : ordinal
Heriditer
· Definisi : factor keturunan yang memungkinkan seseorang menderita akne vulgaris

· Cara ukur : wawancara
· Alat ukur : kuisioner
· Hasil ukur :1. baik, jika diantara anggota keluarga ada penderita akne vulgaris
2. buruk, jika diantara anggota keluarga tak ada penderita akne vulgaris
· Skala ukur : ordinal

Sikap
· Definisi : suatu kebiasaan atau tindakan yang dimiliki oleh seseorang yang dapat tunjukan atau di perlihatkan.
· Cara ukur : wawancara
· Alat ukur : kuisioner
· Hasil ukur : 1. positif
2. negatif
· Skala ukur : ordinal



III.3. Hipotesis
· Ada hubungan antara tingkat pengetahuan penggunaan kosmetik terhadap angka kejadian akne vulgaris remaja putri SMA N 10 Palembang
· Ada hubungan antara lingkungan terhadap angka kejadian akne vulgaris remaja putri SMA N 10 Palembang
· Ada hubungan herediter terhadap angka kejadian akne vulgaris remaja putri SMA N 10 Palembang
· Ada hubungan sikap terhadap angka kejadian akne vulgaris remaja putri SMA N 10 Palembang














BAB IV
METODE PENELITIAN
IV.1. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian (Alimul, 2007). Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan tujuan melakukan identifikasi serta pengukuran variabel dan mencari hubungan antar variable untuk menerangkan kejadian atau fenomena yang diamati. Desain penelitan yang digunakan adalah observasi dengan pendekatan cross sectional yaitu mempelajari antara faktor pengaruh dengan faktor terpengaruh dalam waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005).

IV.2. Populasi dan Sampel
IV.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang acak mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja putri SMA N 10 Palembang yang mengalami akne vulgaris dan yang tidak mengalami akne vulgaris sebanyak 50 orang.
IV.2.2. Sampel
Sampel adalah sub unit populasi survei atau populasi itu sendiri yang oleh peneliti dipandang mewakili populasi target (Danim, 2003). Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik total populasi, yakni remaja putri SMA N 10 Palembang yang mengalami akne vulgaris dan yang tidak mengalami akne vulgaris, untuk menentukan besar sample bila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini merupakan penelitian total populasi (Arikunto, 2006).Jumlah sampel sebanyak 50 remaja putri SMA N 10 Palembang yang mengalami akne vulgaris dan yang tidak mengalami akne vulgaris.

IV.3. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA N 10 Palembang, SUMSEL.

IV.4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2003).Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah sejenis pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006). Jenis kuesioner yang digunakan adalah angket langsung, dimana daftar pertanyaan dikirim langsung kepada responden yang dimintai pendapat tentang dirinya sendiri (Hariwijaya dan Triton, 2007).
Kuesioner yang diberikan berbentuk pilihan atau pertanyaan tertutup dimana jawabannya telah disediakan (closed endeed item atau structured) karena betuk pertanyaan seperti ini lebih mudah dalam mengarahkan jawaban responden dan juga mudah diolah (tabulasi) sehingga diharapkan lebih obyektif dalam mengetahui hubun gan tingkat pengetahuan penggunaan kosmetik dengan angka kejadian akne vulgaris remaja putrid SMA N 10 Palembang.
Nomor responden :
Tanggal diisi :
Nama :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Lembar kuisionenr:








Berilah tanda silang ( x ) pada huruf a atau b untuk jawaban yang tepat!
Penyakit Acne vulgaris
Apakah anda pernah menderita penyakit akne vulgaris ( jerawat ) ?
Ya
Tidak
Pengetahuan penggunaan kosmetik
2. Jeniskulit pada manusia dibedakan menjadi ?
a. Kulit berminyak, mormal, dan kering
b. Kulit berminyak, mormal, sensitif dan kering
Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit akne vulgaris ( jerawat) ?
a. Ya
b. Tidak

Apakah factor utama penyebab penyakit akne vulgaris ( jerawat ) ?
a. Produksi dari kelenjar minyak yang berlebih, bakteri, genetic, hormonal, dan iklim
b. Makanan,minuman, pemakaian kosmetik, dan lingkungan
Apakah akibat yang ditimbulakan ole akne vulgaris ?
Kematian
b. Mengurangi nilai estetika kulit
Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan kosmetik ?
a. ya
b. tidak
Jika dilihat dari pemakaianya kosmetik dibedakan menjadi?
a. Kosmetik wajah, badan, rambut, kuku, mata dan bibir
b. Kosmetik pria, wanita, balita dan hewan
Menurut bentuk sediaannya kosmetikm dibedakan menjadi :
a. Bentuk sediaan padat, cair, krim, pasta dan bedak kocok
b. Bentuk sedian gel, sabun, sabun cair dan suspensi
Berdasarkan lokasi pemakainya kosmetik dibedakan menjadi ?
a. Kosmetik wajah, badan, rambut, kuku, mata dan bibir
b. Kosmetik pria, wanita, balita dan hewan
Apakah anda menggunakan kosmetik ?
Ya
b. Tidak
Jika pada jawaban di atas ya, apakah anda mengetahui efek samping akibat penggunaan kosmetik ?
a. Ya
b. Tidak
Lingkungan
Bagaimana kondisi lingkungan sekitar anda ?
a. Panas/ kaya akan sinar matahari
b. Lembab

Apakah dalam lingkungan anda ada yang menderita penyakit akne vulgaris ?
Ya
b. Tidak
Jika jawaban no.13 ya, apakah perwatan penyakit tersebut dilakukan dengan baik ?
Herediter
Apakah diantara anggota keluarga ( kakek, nenek, ayah, ibu) anda ada yang menderita penyakit akne vulgaris ( jerawat) ?
a. Ya
b. Tidak
Sikap
Tandai ( x ) pada huruf a,b,c, atau d untuk jawaban yang tepat!
Penyakit akne vulgaris ( jerawat ) di sebabkan hygenitas wajah yang kurang.
a. Sangat setujuh
b. Setujuh
Tidak setujuh
Sangat tidak setujuh
Penyakit akne vulgaris merupakan penyakit yang dapat menebabkan kematian.
Sangat setujuh
Setujuh
Tidak setujuh
Sangat tidak setujuh
Penyakit akne vulgaris merupakan penyakit yang biasa dan dapat sembuh sendiri tanpa perlu pengobatan lebih lanjut.
Sangat setujuh
Setujuh
Tidak setujuh
Sangat tidak setujuh
Penyakit akne vulgaris hanya dialami oleh remaja putri saja.
Sangat setujuh
Setujuh
Tidak setujuh
Sangat tidak setujuh
Prinsip umum pengobatan penyakit akne vulgaris yaitu mencegah lesi baru pada kulit.
Sangat setujuh
Setujuh
Tidak setujuh
Sangat tidak setujuh
Penggunaan kosmetik dapat mengurangi pembentukan lesi abru.
Sangat setujuh
Setujuh
Tidak setujuh
Sangat tidak setujuh
Kosmetik telah menjadi kebutuhan primer masyarakat kita.
Sangat setujuh
Setujuh
Tidak setujuh
Sangat tidak setujuh
Semakin tinggi harga suatu merek kosmetik maka semakin besar pengaruhnya pada kulit.
Sangat setujuh
Setujuh
Tidak setujuh
Sangat tidak setujuh
Kosmetik dapat meningkatkan nilai estetika kulit namun juga berdampak negative pada kulit kita.
Sangat setujuh
Setujuh
Tidak setujuh
Sangat tidak setujuh
Kosmetik merupakan factor yang dapat merusak lingkunagan.
Sangat setujuh
Setujuh
Tidak setujuh
Sangat tidak setujuh

IV.5. Pengolahan Data
IV.5.1. Editing
Editing dilakukan untuk mengetahui apakah data sudah diisi dengan benar oleh responden. Pada tahap ini semua data diperiksa, sehingga apabila ada pertanyaan yang belum diisi dapat ditanyakan langsung kepada responden. Editing dilakukan dilapangan sehingga jika terjadi kekurangan atau kesalahan data dapat dengan mudah dilakukan perbaikan.
IV.5.2. Coding
Tehnik ini dilakukan dengan memberi tanda atau klasifikasi pada masing-masing jawaban dengan kode berupa angka.
IV.6. Analisis data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS.15.0 for windows.
Add Image

Daftar pustakaWilkinson, JD,dkk. 1994. Atlas Bantu Dermatologi. Jakarta: Hipokrates.
Adhi Djuanda, Prof. Dr.dr. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi ke 5 cetakan ke 2. Jakarta: Balai penerbit FK UI.
Leigh & Wojonarwoska. 1989. Mengatasi Masalah Kulit dan Rambut. Jakarta: PT Arca.
Sitorus, Ronald H. 1996. Pedoman Hidup Sehat dan Cantik. Bandung: CV. Pionir.
Oktaviana, Dian Malini, M.Si. 2006. Ramuan Esensi Nusantara untuk Cantik dan Bugar. Jakarta: PT Esensi
Landow, R. Kenneth, MD. 1984. Kapita Selekta Terapai Dermatologik. Jakarta: Balai penerbit FK UI.
http://www.detiknews.com/read/2009/06/11/123456/1146154/10/70-kosmetik-dilarang-beredar. di akses pada 15 Juni 2009.http://www.sumeks.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=11481&Itemid=51. di akses pada 19 juni 2009.http://one.indoskripsi.com/node/4591/acnevulgaris. di akses pada 19 juni 2009.http://www.jevuska.com/2007/04/11/diagnosis-dan-pengobatan-topikal-akne-vulgaris. di akses pada 19 juni 2009.
http://
www.soloboys.blogspot.com/penatalaksanaan-acnevulgaris. di akses pada 19 juni 2009.
http://
www.kabarindonesia.com/kesehatan. di akses pada 19 juni 2009.
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/03/19/56573/Penyakit.Kulit.Paling.MerepotkanPenyakit Kulit Paling Merepotkan. di akses pada 19 juni 2009.

No comments:

Post a Comment