Welcome

HWAITING!!!!!!!!!!!!!



Thursday, 31 March 2011

lambang STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG

lambang stik siti kadijah palembang


its me at perpuss.......KEKEKEKEKkkkkkk

vissss akhhh~~~~~


Friday, 18 March 2011

LIEA's WorlD: WAHAM

LIEA's WorlD: WAHAM: "BAB I TINJAUAN PUSTAKA I.1 Definisi Waham Waham adalah keyakinan t..."

WAHAM

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
I.1 Definisi Waham
            Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum. (Tim Keperawatan PSIK FK UNSRI, 2005 dalam Sely, 2010). 
            Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pert
umbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Budi Anna Keliat,(1999) dalam Flyingdutchman ( 2011 ))
            Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam kenyataan (Harold I, 1998 dalam Sely, 2010)
            Waham adalah kepercayaan yang salah terhadap objek dan tidak konsisten dengan latar belakang intelektual dan budaya (Rawlins, (1993) dalam muhaj (2011))
            Waham dibangun atas unsur-unsur yang tidak berdasarkan logika, individu tidak mau melepaskan wahamnya, walaupun telah tersedia cukup bukti-bukti yang objektif tentang kebenaran itu. Biasanya waham digunakan untuk mengisi keperluan atau keinginan-keinginan dari penderita itu sendiri. (muhaj, 2011)
Menurut muhaj (2011) Waham merupakan suatu cara untuk memberikan gambaran dari berbagai problem sendiri atau tekanan-tekanan yang ada dalam kepribadian penderita biasanya:  
a. Keinginan yang tertekan.      
b. Kekecewaan dalam berbagai harapan.         
c. Perasaan rendah diri.
d. Perasaan bersalah.   
e. Keadaan yang memerlukan perlindungan terhadap ketakutan.
Jadi kesimpulanya waham  adalah keyakinan yang salah dan menetap dan selalu dikemukakan berulang-ulang.


I.2 Jenis-Jenis waham     
a. Waham Kebesaran  
            Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali, orang kaya. 
b. Waham Berdosa      
            Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar. Penderita percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.   
c. Waham Dikejar       
            Individu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau kelompok orang yang bermaksud berbuat jahat padanya.         
d. Waham Curiga        
            Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya. Individu curiga terhadap sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari hubungan antara dirinya dengan orang lain di sekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau menuduh hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan, kita kenal “Ideas of reference” yaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu dan perbuatan-perbuatan tertentu dari orang lain (senyuman, gerak-gerik tangan, nyanyian dan sebagainya) mempunyai hubungan dengan dirinya.      
e. Waham Cemburu     
            Selalu cemburu pada orang lain.           
f. Waham Somatik atau Hipokondria    
            Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti ususnya yang membusuk, otak yang mencair.          
g. Waham Keagamaan 
            Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang agama.
h. Waham Nihilistik      
            Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sendiri sudah meninggal.
i. Waham Pengaruh      
            Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau kekuatan.

I.3 Etiologi   
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan. (flyingdutchman, 2011 )       
            Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan timbulnya waham (Keliat, B.A.(1998) dalam Muhaj (2011) adalah:
a. Biologis       
            Gangguan perkembangan dan fungsi otak / SSp. yang menimbulkan.
1) Hambatan perkembangan otak khususnya kortek prontal, temporal dan limbik.
2) Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal, neonatus dan kanak-kanak.
b. Psikososial  
            Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi seperti penolakan dan kekerasan.
c. Sosial Budaya          
            Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi timbulnya waham seperti kemiskinan. Konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) serta kehidupan yang terisolasi dan stress yang menumpuk.          
            Faktor prespitasi yang biasanya menimbulkan waham merupakan karakteristik umum latar belakang termasuk riwayat penganiayaan fisik / emosional, perlakuan kekerasan dari orang tua, tuntutan pendidikan yang perfeksionis, tekanan, isolasi, permusuhan, perasaan tidak berguna ataupun tidak berdaya.

I.4 Manifestasi klinik
 1.    Kognitif :
  • Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
  • Individu sangat percaya pada keyakinannya
  • Sulit berfikir realita
  • Tidak mampu mengambil keputusan
  • Afektif
  • Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
  • Afek tumpul
3.    Prilaku dan Hubungan Sosial
  • Hipersensitif
  • Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
  • Depresif
  • Ragu-ragu
  • Mengancam secara verbal
  • Aktifitas tidak tepat
  • Streotif
  • Impulsive
  • Curiga
4.    Fisik
  •  Higiene kurang
  • Muka pucat
  • Sering menguap
  • BB menurun
  • Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

I.5. Proses terjadinya Waham
Menurut Sely, 2010 proses terjadinya waham sebagai berikut:
  1. Individu diancam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak menyenangkan.
  2. Individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas yang menyalahartikan kesan terhadap kejadian
  3. Individu memproyeksikan pikiran, perasaan dan keinginan negative atau tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal
  4. Individu memberikan pembenarn atau interpretasi personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain.
I.6. Rentang Respon

    Respon Adaptif                                                                    Respon Maldaptif



 

1.  Pikiran logis                 1.  Kadang-kadang proses pikir            1. Gangguan proses
                                                  Terganggu.                                         pikir waham
2.  Persepsi akurat              2.  Ilusi                                                   2.  Kesukaran proses
                                                                                                                      emosi
3.  Emosi konsisten              3  . Emosi berlebihan atau kurang        3.  Perilaku tidak
    dengan    pengalaman                                                                      terorganisir
4.  Perilaku cocok               4.  Perilaku tidak biasa                            4.  Isolasi sosial
5.  Hubungan sosial             5. Menarik diri           
     harmonis

I.7 Penatalaksanaan
            Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena, kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan memandang klien dengan waham pada gangguan skizofrenia ini sebagai pasien yang tidak dapat disembuhkan lagi atau orang yang aneh dan inferior bila sudah dapat kontak maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Biar pun klien tidak sembuh sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan yang baik dapat ditolong untuk bekerja sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di lingkungan klien diberi penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.
Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan terapi lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki prilaku klien dengan waham pada gangguan skizoprenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.


BAB II
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Waham

II.1 Pengkajian
  • Aktivitas dan istirahat
Gangguan tidur, bangun lebih awal, insomnia, dan hiperaktivitas.
  • Higiene
Kebersihan personal kurang, terlihat kusut/ tidak terpelihara.
  • Integritas ego
    • Dapat timbul dengan ansietas berat, ketidakmampuan untuk rileks, kesulitan yang dibesar-besarkan, mudah agitasi.
    • Mengekspresikan persaaan tidak adekuat, perasaan tidak berharga, kurang diterima, dan kurang percaya pada orang lain. Menunjukkan kesulitan koping terhadap stres, menggunakan mekanisme koping yang tidak sesuai.
  • Neurosensori
Mengalami emosi dan prilaku kongruen dengan sistem keyakinan/ketakutan bahwa diri ataupun orang terdekat berada dalam bahaya karena diracuni atau diinfeksi, mempunyai penyakit, merasa tertipu oleh pasangan individu, dicurangi oleh orang lain, dicintai atau mencintai dari jarak jauh.
·        Keamanan
Dapat menimbulkan prilaku berbahaya/menyerang
·        Interaksi sosial
Kerusakan bermakna dalam fungsi sosial/perkawinan
Umumnya bermasalah dengan hukum.
·        Faktor  predisposisi
-  Genetik :  diturunkan
-  Neurobiologis :  adanya gangguan pada konteks pre frontal dan konteks limbik
-  Neurotransmiter : abnormalitas pada dopamin ,serotonin ,dan  glutamat.
-  Virus : paparan virus influinsa pada trimester III
-  Psikologi : ibu pencemas ,terlalu melindungi ,ayah tidak peduli.
·        Faktor presipitasi
- Proses pengolahan informasi yang berlebihan
- Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
- Adanya gejala pemicu
·        Mekanisme Waham
-   Waham Agama :  Percaya bahwa seseorang menjadi kesayangan supranatural atau alat supranatural
-   Waham Somatik :  Percaya adanya gangguan pada bagian tubuh
-   Waham Kebesaran : Percaya memiliki kehebatan atau kekuatan luar biasa
-   Waham Curiga :  Kecurigaan yang berlebihan atau irasional dan tidak percaya dengan  orang lain
-   Waham Siar Pikir : Percaya bahwa pikirannya disiarkan ke dunia luar
-   Waham Sisip Pikir : Percaya ada pikiran orang lain yang masuk dalam pikirannya
-   Waham Kontrol Pikir : Merasa perilakunya dikendalikan oleh pikiran orang lain
·        Mekanisme Koping
-  Regresi
-  Proyeksi
-  Menarik diri
-  Pada keluarga : mengingkari

II.2 Pohon Masalah dan Analisa Data
a.    Pohon Masalah
Sumber: muhaj (2011)






b. Analisa Data
Data
Masalah
Data Objektif :
  • Klien bicara kacau                        
  • Binggung
  • Pembicaraan berbelit-belit
Kerusakan komunikasi verbal


Data Subjektif :
  • klien mengatakan hal-hal yang tidak sesuai kenyataan
  • Klien mengatakan berulang kali
Data Objektif :          
  • Klien tampak binggung
Perubahan proses pikir : waham        

Data Subjektif :
  • Klien merasa malu berinteraksi dengan orang lain
Data Objektif :
  • Ekspresi muka sedih dan murung
Gangguan konsep diri berhubungan dengan harga diri rendah


II.2  Masalah Keperawatan
1.    Kerusakan komunikasi verbal
2.    Perubahan isi pikir: waham kebesaran
3.    Gangguan konsep diri (harga diri rendah)

II.4 
Diagnosa Keperawatan
1.    Kerusakan Komunikasi verbal b.d  waham kebesaran
2.    perubahan isi pikir: waham kebesaran b.d HDR

II.5   Rencana Tindakan Keperawatan
Kerusakan Komunikasi verbal b.d waham kebesaran
TUM     : Klien dapat mengontrol wahamnya sehingga komunikasi verbal dapat berjalan dengan baik
TUK 1   :  Klien dapat Membina Hubungan Saling Percaya
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya:
  • Salam terapetik, perkenalan diri,
  • Jelaskan tujuan interaksi,
  • Ciptakan lingkungan yang tenang,
  • Buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topic, tempat dan waktu)
  • Jangan membantah dan mendukung klien
  • Kata-kata perawat menerima keyakinan klien “saya menerima keyakinan anda” disertai ekspresi  menerima
  • Kata-kata perawat tidak mendukung disertai ”sukar bagi saya untuk mempercayainya” disertai ekspresi ragu tapi empati
  • Tidak membicarakan isi waham klien
2.   Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung
  •  Anda berada di tempat yang aman, kami akan menerima anda
  •  Gunakan keterbukaan dan kejujuran
  •  Jangan tinggalkan klien sendirian
TUK 2   : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Intervensi :
  • Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistik
  • Diskusikan dengan klien tentang kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistik, hati-hati terlibat dengan waham
  • Tanyakan apa yang bisa dilakukan (kaitkan dengan aktifitas sehari-hari) kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini
  • Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada.
  • Perawat perlu memperlihatkan bahwa klien penting
TUK 3   : Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
Intervensi
  • Obsrvasi kebutuhan sehari-hari klien
  • Diskusikan kebutuhan  klien yang tidak terpenuhi baik secara di rumah dan di RS (rasa takut, ansietas, marah)
  • Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan timbulnya waham
  • Tingkat aktivitas  yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (aktivitas dapat dipilih dan dibuat jadwal bersama dengan klien)
  • Atur situai agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya
TUK 4   : Klien dapat b.d realitas (realitas: diri, orang lain, tempat, waktu)
Intervensi :
  • Berbicara dengan klien dalam konteks realitas
  • Sertakan klien dalam TAK :TAK Orientasi Realita
  • Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien

Diagnosa kep.2. Perubahan isi pikir: waham kebesaran b.d HDR
TUM     : Klien dapat meningkatkan harga dirinya sehingga mampu mengendalikan wahamnya
TUK 1   : Klien dapat Membina Hubungan Saling Percaya
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya dengan :
·        Salam terapetik, perkenalan diri,
·        Jelaskan tujuan interaksi,
·        Ciptakan lingkungan yang tenang,
·        Buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topic, tempat dan waktu)
TUK 2   : Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan harga diri rendah (HDR)
Intervensi :
·        Kaji pengetahuan klien tentang HDR
·        Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang penyebab HDR
·        Diskusikan dengan klien  tentang HDR serta penyebab dan akibat yang mungkin muncul
·        Beri penguatan positif pada kemampuan klien dalam mengungkapkan pendapatnya  tentang HDR
·        Bantu klien mengidentifikasi aspek positif tentang perasaannya
TUK 3   : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilikinya
Intervensi :
·        Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
·        Hindarkan pemikiran penilaian negative, utamakan memeberikan pujian realistis
TUK 4   : Klien dapat menerapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya
Intervensi :
·        Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan kemampuannya
·        Tingkatkan kegiatan sesuai dengan kondisi klien
·        Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien
TUK 5   :  Keluarga dapat membantu klien untuk berperilaku adaptif  terhadap lingkungan
Intervensi :
·        Diskusikan dengan keluarga tentang bentuk dukungan yang perlu diberikan pada klien dengan HDR
·        Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat dan menghadapi klien dengan HDR


Daftar pustaka
Flyingdutchman, 2011
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PROSES PIKIR ( WAHAM ) online (file:///C:/Documents%20and%20Settings/user/My%20Documents/jiwa/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-waham.html )
Harnawatiaj, 2008
            Waham online (http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/14/waham/)
Muhaj, 2011
Priyanta, 2011
            Waham online (http://blog.priyanta.com/waham/#more-55)
Sely, 2010

Asuhan keperawatan pada klien waham             (http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/37e919c84d2b28548ba1329a0a0f311be30998a7.pdf)

Monday, 14 March 2011

ATRESIA ANI


BAB I
   TINNJAUAN PUSTAKA            

I.1 Definisi
Menurut Betz (2002) dalam hidayat (2009) Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya 
Purwanto (2001) dalam hidayat (2009) Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum.
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).
Atresia ani adalah suatu Istilah digunakan untuk menggambarkan keadaan saluran anorectal yang abnormal (harnawatiaj, 2008)
Atresia berasal dari bahasa Yunani, a artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya
Menurut Ladd dan Gross (1966)  dalam hidayat (2009) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu:
1. Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus    
2. Membran anus yang menetap           
3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak dari peritoneum          
4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung

I.2 Klasifikasi
Menurut Ajibarang ( 2008 )  Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :
1.      Yang tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastrointestinalis dicapai melalui saluran fistula eksterna.
Kelompok ini terutma melibatkan bayi perempuan dengan fistula rectovagina atau rectofourchette yang relatif besar, dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi, maka bisa didapatkan dekompresi usus yang adequate sementara waktu.
2.      Yang tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalam keluar tinja.
Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan dekompresi spontan kolon, memerlukan beberapa bentuk intervensi bedah segera. Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu :
1.      Anomali rendah
Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborectalis, terdapat sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinarius.
2.      Anomali intermediet
Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.
3.      Anomali tinggi
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini biasanya berhungan dengan fistuls genitourinarius – retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit perineum lebih daai1 cm.
Sedangkan menurut klasifikasi Wingspread (1984) dalam Ajibarang (2008) atresia ani dibagi 2 golongan yang dikelompokkan menurut jenis kelamin. Pada laki – laki golongan I dibagi menjadi 4 kelainan yaitu kelainan fistel urin, atresia rectum, perineum datar dan fistel tidak ada. Jika ada fistel urin, tampak mekonium keluar dari orifisium eksternum uretra, mungkin terdapat fistel ke uretra maupun ke vesika urinaria. Cara praktis menentukan letak fistel adalah dengan memasang kateter urin. Bila kateter terpasang dan urin jernih, berarti fistel terletak uretra karena fistel tertutup kateter. Bila dengan kateter urin mengandung mekonuim maka fistel ke vesikaurinaria. Bila evakuasi feses tidak lancar, penderita memerlukan kolostomi segera. Pada atresia rectum tindakannya sama pada perempuan ; harus dibuat kolostomi. Jika fistel tidak ada dan udara > 1 cm dari kulit pada invertogram, maka perlu segera dilakukan kolostomi.
Sedangkan pada perempuan golongan I dibagi menjadi 5 kelainan yaitu kelainan kloaka, fistel vagina, fistel rektovestibular, atresia rectum dan fistel tidak ada. Pada fistel vagina, mekonium tampak keluar dari vagina. Evakuasi feces menjadi tidak lancar sehingga sebaiknya dilakukan kolostomi. Pada fistel vestibulum, muara fistel terdapat divulva. Umumnya evakuasi feses lancar selama penderita hanya minum susu. Evakuasi mulai etrhambat saat penderita mulai makan makanan padat. Kolostomi dapat direncanakan bila penderita dalam keadaan optimal. Bila terdapat kloaka maka tidak ada pemisahan antara traktus urinarius, traktus genetalis dan jalan cerna. Evakuasi feses umumnya tidak sempurna sehingga perlu cepat dilakukan kolostomi.Pada atresia rectum, anus tampak normal tetapi pada pemerikasaan colok dubur, jari tidak dapat masuk lebih dari 1-2 cm. Tidak ada evakuasi mekonium sehingga perlu segera dilakukan kolostomi. Bila tidak ada fistel, dibuat invertogram. Jika udara > 1 cm dari kulit perlu segera dilakukan kolostomi.
Golongan II pada laki – laki dibagi 4 kelainan yaitu kelainan fistel perineum, membran anal, stenosis anus, fistel tidak ada. Fistel perineum sama dengan pada wanita ; lubangnya terdapat anterior dari letak anus normal. Pada membran anal biasanya tampak bayangan mekonium di bawah selaput. Bila evakuasi feses tidak ada sebaiknya dilakukan terapi definit secepat mungkin. Pada stenosis anus, sama dengan perempuan, tindakan definitive harus dilakukan. Bila tidak ada fistel dan udara.
Sedangkan golongan II pada perempuan dibagi 3 kelainan yaitu kelainan fistel perineum, stenosis anus dan fistel tidak ada. Lubang fistel perineum biasanya terdapat diantara vulva dan tempat letak anus normal, tetapi tanda timah anus yang buntu menimbulkan obstipasi. Pada stenosis anus, lubang anus terletak di tempat yang seharusnya, tetapi sangat sempit. Evakuasi feses tidal lancar sehingga biasanya harus segera dilakukan terapi definitive. Bila tidak ada fistel dan pada invertogram udara 
 Menurut nining (2008) atresia Ani dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe:
1. Saluran anus atau rektum bagian bawah mengalami stenosis dalam berbagai derajat
2. Terdapatnya suatu membran tipis yang menutupi anus karena menetapnya membran anus.
3. Anus tidak terbentuk dan rektum berakhir sebagai suatu suatu kantung yang buntu terletak pada jarak tertentu dari kulit di daerah anus yang seharusnya terbentuk lekukan anus)
4. Saluran anus dan rektum bagian bawah membentuk suatu kantung buntu yang terpisah,pada jarak tertentu dari ujung rektum yang berakhir sebagai kantung buntu.
5. Kelainan yang berdasarkan hubungan antara bagian terbawah rektum yang normal dengan otot puborektalis yangmemiliki fungsi sangat penting dalam proses defekasi,dikenal sebagaiklasifikasi melboume.
6. Kelainan letak rendah Rektum telah menembus "lebator sling" sehingga sfingter ani internal dalam keadaan utuh dan dapat berfungsi normal contohnya berupa stenosis anus (tertutupnya anus oleh suatu membran tipis yang seringkali disertai fistula anokutaneus dan anus ektopikyang selalu terletak dianterior lokasi anus yang normal).
7. Rektum berupa kelainan letak tengah Di daerah anus seharusnya terbentuk secara lazim terdapat lekukan anus (anal dimple) yang cukup dalam. Namun,pada kelainan yang jarang ditemukan ini sering terdapat fistula rektouretra yang menghubungkan rektum yang buntu dengan uretra pars bulbaris.
8. Kelainan letak tinggi. Kelainan ini lebih banyak ditemukan pada bayi laki-laki, sebaliknya kelinan letak redah sering ditemukan pada bayi perempuan. Pada perempuan dapat ditemukan fistula -and kutaneus, fistula rektoperinium dan fistula rektovagina. Sedangkan pada laki-laki dapat ditemukan dua bentuk fistula yaitu fistula ektourinaria dan fistula rektoperineum. Fistula ini menghubungkan rektum dengan kandung kemih pada daerah trigonum vesika. Fistula tidak dapat dilalui jika mekonoium jika brukuran sangat kecil, sedangkan fistula dapat mengeluarkan mekonium dalam rektum yang buntu jika berukuran cukup besar. Oleh karena itu, dapat terjadi kelainan bentuk anorektum disertai fistula
9. Kelainan bawaan anus juga dapat disebabkan gangguan pertumbuhan dan fusi
10. Gangguan pemisahan kloaka menjadi rektum dan sinus urogenital

 I.3 Etiologi
Menurut hidayat (2009) Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
Menurut blog (2009) secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Pada kelainan bawaananus umumnya tidak ada kelainan rectum, sfingter, dan otot dasar panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak memadai. Menurut peneletian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa gen autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua yang mempunyai gen carrier penyakit ini mempunyai peluang sekitar 25% untuk diturunkan pada anaknya saat kehamilan. 30% anak yang mempunyai sindrom genetic, kelainan kromosom atau kelainan congenital lain juga beresiko untuk menderita atresia ani. Sedangkan kelainan bawaan rectum terjadi karena gangguan pemisahan kloaka menjadi rectum dan sinus urogenital sehingga biasanya disertai dengan gangguan perkembangan septum urorektal yang memisahkannya.

I.4  Patofisiologi
Anus dan rectum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitoury dan struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7 dan 10 mingggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sacral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan fecal tidak dapat dikeluarkan sehungga intestinal mengalami obstrksi.

I.5 Patoflow


I.6 Manifestasi Klinis
Menurut Nining (2008) gejala yang timbul:
1.                  Mekonium tidak keluar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir
2.                  Tinja keluar dari vagina atau uretra
3.                  Perut menggembung

4.                  Muntah

5.                  Tidak bisa buang air besar

6.                  Tidak adanya anus, dengan ada/tidak adanya fistula
7.                  Pada atresia ani letak rendah mengakibatkan distensi perut, muntah, gangguan cairan elektrolit dan asam basa.
I.7 Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis perjalanan penyakit yang khas dan gambaran klinis perut membuncit seluruhnya merupakan kunci diagnosis pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis ialah pemeriksaan radiologik dengan enema barium. disini akan terlihat gambaran klasik seperti daerah transisi dari lumen sempit kedaerah yang melebar. pada foto 24 jam kemudian terlihat retensi barium dan gambaran makrokolon pada hirschsprung segmen panjang. Pemeriksaan biopsi hisap rektum dapat digunakan untuk mencari tanda histologik yang khas yaitu tidak adanya sel ganglion parasimpatik dilapisan muskularis mukosa dan adanya serabut syaraf yang menebal pada pemeriksaan histokimia, aktifitas kolinaterase meningkat.       
            Atresia ani biasanya jelas sehingga diagnosis sering dapat ditegakkan segera setelah bayi lahir dengan melakukan inspeksi secara tepat dan cermat pada daerah perineum. Diagnosis kelainan anurektum tipe pertama dan keempat dapat terlewatkan sampai diketahui bayi mengalami distensi perut dan tidak mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium. ( Nining, 2008)
Pada bayi dengan kelainan tipe satu/kelainan letak rendah baik berupa stenosis atau anus ektopik sering mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium. Pada stenosis yang ringan, bayi sering tidak menunjukkan keluhan apapun selama beberapa bulan setelah lahir. Megakolon sekunder dapat terbentuk akibat adanya obstruksi kronik saluran cerna bagian bawah daerah stenosis yang sering bertambah berat akibat mengerasnya tinja. Bayi dengan kelainan tipe kedua yang tidak disertai fistula/fistula terlalu kecil untuk dilalui mekonium sering akan mengalami obstruksi usus dalam 48 jam stelah lahir. Didaerah anus seharusnya terentukpenonjolan membran tipis yang tampak lebih gelap dari kulit disekitarnya, karena mekonium terletak dibalik membran tersebut. Kelainan letak tinggi atau agenesis rectum seharusnya terdapat suatu lekukan yang berbatas tegas dan memiliki pigmen yang lebih banyak daripada kulit disekitarnya sehingga pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan lubang fistulla pada dinding posterior vagina/perinium, atau tanda-tanda adanya fistula rektourinaria. Fistula rektourinaria biasanya ditandaioleh keluarnya mekonium serta keluarnya udara dari uretra. Diagnosis keempat dapat terlewatkan sampai beberpa hari karena bayi tampak memiliki anus yang normal namun salurran anus pendek dan berakhir buntu. Mnifestasi obstruksi usus terjadi segera setelah bayi lahir karena bayi tidak dapat mengeluarkan mekonium.Diagnosis biasanya dapat dibuat dengan pemeriksaan colok dubur. (Nining, 2008)

I.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
a. Asidosis hiperkioremia.
b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
d. Komplikasi jangka panjang.
- Eversi mukosa anal
- Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
g. Prolaps mukosa anorektal.
h. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)
(Ngustiyah (1997) dalam hidayat (2009))


I.9. Penatalaksanaan
Menurut Nining (2008)Penanganan secara preventif antara lain:
1.      Kepada ibu hamil hingga kandungan menginjak usia tiga bulan untuk berhati-hati terhadap obat-obatan, makanan awetan dan alkohol yang dapat menyebabkan atresia ani.
2.      Mmeriksa lubang dubur bayi saat baru lahir karena jiwanya terancam jika sampai tiga hari tidak diketahui mengidap atresia ani karena hal ini dapat berdampak feses atau tinja akan tertimbun hingga mendesak paru-parunya.
3.      Pengaturan diet yang baik dan pemberian laktulosa untuk menghindari konstipasi.
Rehabilitasi dan Pengobatan :
1.      melakukan pemeriksaan colok dubur

2.      melakukan pemeriksaan radiologik pemeriksaan foto rontgen bermanfaat dalam usaha menentukan letak ujung rectum yang buntu setelah berumur 24 jam, bayi harus diletakkan dalam keadaan posisi terbalik sellama tiga menit, sendi panggul dalam keadaan sedikit ekstensi lalu dibuat foto pandangan anteroposterior dan lateral setelah petanda diletakkan pada daerah lakukan anus.

3.      melakukan tindakan kolostomi neonatus tindakan ini harus segera diambil jika tidak ada evakuasi mekonium.
4.      pada stenosis yang berat perlu dilakukan dilatasi setrap hari dengan kateter uretra, dilatasi hegar, atau speculum hidung berukuran kecil selanjutnya orang tua dapat melakukan dilatasi sendiri dirumah dengan jari tangan yang dilakukan selama 6 bulan sampai daerah stenosis melunak dan fungsi defekasi mencapai keadaan normal.
5.      melakukan operasi anapelasti perineum yang kemudian dilanjutkan dengan dilatasi pada anus yang baru pada kelainan tipe dua.
6.      pada kelainan tipe tiga dilakukan pembedahan rekonstruktif melalui anoproktoplasti pada masa neonatus
7.      melakukan pembedahan rekonstruktif antara lain: operasi abdominoperineum pada usia (1 tahun) operasi anorektoplasti sagital posterior pada usia (8-12 bulan) pendekatan sakrum setelah bayi berumur (6-9 bulan)
8.      penanganan tipe empat dilakukan dengan kolostomi kemudian dilanjutkan dengan operasi "abdominal pull-through" manfaat kolostomi adalah antara lain:
a. mengatasi obstruksi usus
b. memungkinkan pembedahan rekonstruktif untuk dikerjakan dengan lapangan operasi yang bersih
c. memberi kesempatan pada ahli bedah untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha menentukan letak ujung rektum yang buntu serta menemukan kelainan bawaan yang lain.
Pada kasus atresia ani atau anus imperforata ini pengobatannya dilakukan dengan jalan operasi. Teknik terbaru dari operasi atresia ani ini adalah teknik Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP). Teknik ini punya akurasi tinggi untuk membuka lipatan bokong pasien. Teknik ini merupakan ganti dari teknik lama, yaitu Abdomino Perineal Poli Through (APPT). Teknik lama ini punya resiko gagal tinggi karena harus membuka dinding perut. (Nining, 2008)