IMUNISASI
Imunisasi terdiri dari :
I. WAJIB
1. BCG
2. DPT
3. POLIO
4. Hepatitis
5. Campak
II. DIANJURKAN
1. MMR
2. TIPHOID
III. MASIH DALAM PENELITIAN
1. Malaria
2. DHF
3. Influenza
1. BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Adalah kuman yang sejak tahun 1920 selama 13 tahun dibiakkan sampai 230 kali oleh Calmette dan Guerin, sehingga menghasilkan basil yang attenuated.
a. Indikasi
Untuk imunisasi terhadap penyakit Tuberkulosa (TBC).
b. Dosis dan cara pemberian
Sesudah vaksin dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam dan sisanya harus dibuang.
Penyuntikan harus intrakutan di daerah insersio M. deltoideus dengan dosis :
Bayi < 1 tahun : 0,05 ml
Anak : 0,1 ml
Penyuntikan harus dilakukan perlahan-lahan ke arah permukaan ( sangat superfisial ) sehingga terbentuk suatu lepuh ( wheal ) berdiameter 8-10 mm.
Dilarang menggunakan alkohol dan desinfektans lainnya pada penyuntikan BCG.
Imunisasi ulangan dilakukan pada usia 5-7 tahun (usia masuk SD) dan usia 12-15 tahun (usia tamat SD) dengan dosis masing-masing 0,1 ml, bila uji tuberculin yang dilakukan sebelumnya negatif.
c. Reaksi
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. Reaksi yang dapat terjadi adalah :
1). Lokal
Satu sampai dua minggu kemudian timbul indurasi dan eritema di tempat suntikan yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi ulkus dan akhirnya menyembuh spontan dalam waktu 8-12 minggu, dengan meninggalkan cicatrik. Luka tersebut tidak memerlukan pengobatan.
2). Regional
Kadang-kadang terdapat pembesaran kelenjar axilla dan atau cervical, terasa padat, tidak sakit, dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini adalah normal ( “BCG – it is“ / reaksi hipersensitivitas terhadap BCG ), tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
d. Komplikasi
1). Abses di tempat suntikan dapat terjadi pada anak-anak > 1 tahun atau dewasa. Hal ini disebabkan oleh suntikan terlalu dalam (subkutan). Abses bersifat tenang (cold abses), tidak memerlukan pengobatan dan akan menyembuh spontan sekalipun lambat. Bila abses sudah matang ( merah, fluktuasi, kulit tipis ) sebaiknya diaspirasi, tidak boleh diinsisi.
2). Limfadenitis supurativa dapat terjadi pada bayi atau anak-anak < 2 tahun disebabkan oleh suntikan yang terlalu dalam atau dosis terlalu tinggi. Proses ini bersifat tenang, tidak memerlukan pengobatan dan akan memnyembuh dalam waktu 2-6 bulan sesudah vaksinasi. Apabila proses sudah matang (merah, fluktuasi, kulit tipis) sebaiknya diaspirasi, tidak boleh diinsisi atau diekstirpasi.
e. Kontra Indikasi
Meskipun tidak ada kontraindikasi mutlak, tetapi sebaiknya vaksinasi BCG ditangguhkan bila ada penyakit akut dengan panas tinggi dan penyakit kulit yang berat.
Khasiat BCG sedikit-dikitnya berlangsung 3 tahun. Hal ini dapat diketahui dengan konversi uji tuberculin dari positif menjadi negatif. Namun beberapa sarjana berpendapat bahwa walaupun uji tuberculin negatif, kekebalan masih tetap ada. Beberapa sarjana lain menyatakan lamanya kekebalan sesudah mendapat BCG tersebut adalah 9 tahun.
Wallgren (1956), menyatakan bahwa sesudah mendapat BCG, seseorang anak masih dapat menderita infeksi tuberculosis primer, namun anak itu tidak akan mendapat komplikasi berat, seperti misalnya meningitis, tuberculosis milier, dan lain-lain. Hal ini merupakan keuntungan terbesar dari vaksinasi BCG.
WHO (1964) menganjurkan untuk melakukan vaksinasi BCG langsung tanpa melakukan uji tuberculin terlebih dahulu, terutama di negara yang sedang berkembang dengan resiko tinggi mendapa tinfeksi tuberculosis.
2. DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus)
Merupakan vaksin kombinasi antigen toksoid dan antigen kumannya yang dimatikan. Setiap 1 ml dapat mengandung 32 milyar bakteri B. Pertusis yang sudah dimatikan.
a. Indikasi
Imunisasi aktif secara simultan terhadap difteri, tetanus dan pertusis (batuk rejan).
b. Dosis dan cara pemberian
Imunisasi DPT diberikan intramuscular atau subkutan dalam, dengan menggunakan alat suntik steril sekali pakai.Suntikan dianjurkan pada anterolateral paha bagian atas ( M. vastus lateralis 1/3 atas ). Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali, dimulai pada usia 3 bulan dengan dosis masing-masing 0,5 ml dengan selang 4 minggu (1 bulan), dan dapat diberikan bersamaan dengan jadwal vaksinasi BCG, campak, polio, hepatitis B, hi-B, demam kuning, kemudian diperkuat dengan imunisasi keempat yang diberikan 1 tahun setelah imunisasi ketiga. Ulangan imunisasi berikutnya dilakukan pada usia 5 tahun – usia masuk SD.
Selanjutnya ulangan imunisasi dilakukan setiap 5 tahun dengan menggunakan DT.
c. Efek samping dan komplikasi
Biasanya hanya berupa demam ringan ( satu persejuta ) yang bersifat sementara seperti kemerahan dan pembengkaan pada lokasi suntikan. Kadang-kadang terjadi demam tinggi dan iritabilitas dalam 24 jam setelah penyuntikan Panas mulai pada hari vaksinasi (1 – 2 hari), anak menjerit lama, luka pada bekas suntikan. Dapat terjadi komplikasi ensefalitis (anak menderita hiperpireksia, status konvulsivus dan penurunan kesadaran). Oleh karena itu vaksinasi ini perlu ditangguhkan bila bayi atau anak menderita kejang atau mempunyai alergi.
d. Kontra Indikasi
Pada gangguan cerebral, gangguan saraf terhadap komponen pertusis. Apabila setelah pemberian dosis pertama vaksin DPT terjadi reaksi yang berlebih, suntikan imunisasi berikutnya dianjurkan dengan DT. Pasien virus HIV baik yang asimtomatis maipun simtomatis tidask boleh diberikan vaksinasi ini.
3. Polio
Yang dipakai ialah : vaksin salk (killed, suntikan) dan vaksin sabin (attenvated, oral). Vaksin salk disuntikkan sub kutan, yang pertama umur 3 bulan, yang kedua 4 minggu kemudian yang ketiga 6-7 bulan sesudah yang kedua. Efek samping tidak ada. Vaksin sabin dapat berupa cairan atau tablet dan harus disimpan dalam alat pendingin (freezer) dan yang lazim dipakai ialah yang mengandung 3 tipe sekaligus (trivalent).
Manfaat vaksin Salk dan Sabin sebenarnya sama, namun untuk negara yang sedang berkembang, vaksin Sabin lebih menguntungkan karena lebih murah (tanpa suntikan), mudah didistribusikan dan mudah diberikan kepada anak.
a. Indikasi
Imunisasi aktif terhadap polio.
b. Dosis dan cara pemberian
Satu dosis terdiri dari 2 tetes (0,1 ml). Untuk imunisasi dasar polio dimulai pada usia 3 bulan, diberikan 3 x (3 dosis), sebab ada kemungkinan terdapatnya jenis-jenis enterovirus lainnya dalam saluran pencernaan yang dapat menghambat berkembangbiaknya virus polio yang ada di dalam vaksin, dengan selang waktu 8 minggu (8 bulan), masing-masing 2 tetes, kemudian diperkuat 2x yaitu 1 tahun setelah imunisasi dasar selesai dan pada saat usia masuk sekolah dasar (6-7 tahun), selanjutnya pemberian keenam hanya dianjurkan bila didapatkan resiko kontak dengan virus polio ganas.
c. Efek samping
Vaksin polio oral ini adalah salah satu vaksin yang paling aman (Bull. WHO 60/2 : 231-242, 1982). Kemungkinan untuk terjadinya paralisis kurang dari 0,3 : 1. 000.000 (Bull. WHO 66/6 : 739-746, 1986).
Oleh bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI sejak 1962 telah didistribusikan tablet anti polio trivalent Sabin ke seluruh Indonesia dan belum pernah dilaporkan adanya efek samping maupun kasus polio pada anak yang telah mendapat imunisasi. Tetapi pada anak dengan daya tahan tubuh rendah, dapat terjadi diare.
d. Kontra Indikasi
Penderita leukemia dan disgamaglobulinemia.
4. Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B rekombinan mengandung antigen virus hepatitis B, HbsAg, yang tidak menginfeksi yang dihasilkan dari biakan sel ragi Hansenula Polymorpha dimurnikan denga metode ultrasentrifugasi, kromatografi kolom dan diinaktivasi dengan formaldehid. Vaksisn Hepatitis B rekombinan berbentuk suspensi steril berwarna keputihan.
a. Indikasi
Vaksin Hepatitis B rekombinan diindikasikan untuk imunisasi aktif melawan infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Vaksin hepatitis B tidak dapat mencegah infeksi yang disebabkan oleh virus lain seperti virus hepatitis A, hepatitis C atau virus lain yang diketahui dapat menginfeksi hati.
Vaksin hepatitis b rekombinan dapat diberikan pada semua usia. Vaksinasi direkomendasikan pada orang yang mempunyai resiko tinggi terkena infeksi virus hepatits B, termasuk :
- Petugas kesehatan
Ahli bedah mulut, dokter gigi, dokter ahli bedah, perawat, perawat gigi, ahli kebersihan gigi, petugas paramedis yang kontak dekat dengan pasien, staf unit hemodialisis, hematologi dan onkologi, petugas laboratorium yang menangani darah dan sampel klinis lain, petugas pemakaman dan kamar mayat, petugas bank darah dan fraksinasi plasma, ahli siropodis, petugas kebersihan yang menangani pembuangan, petugas keadaan darurat dan pertolongan pertama, petugas ambulans.
- Pasien
Pasien yang sering menerima transfusi darah seperti pada unit hemodialisis dan onkologi, penderita thalasemia, sicle-sell anemia, sirosis dan hemofilia.
- Petugas lembaga
Orang yang sering kontak dekat dengan kelompok beresiko tinggi : narapidana dan petugas penjara, petugas di lembaga untuk gangguan mental.
- Penyalahgunaan obat suntik adiktif
- Orang dalam perjal;anan ke daerah endemis tinggi
- Keluarga yang kontak dekat dengan pasien yang terinfeksi
- Hepatitis B akut atau kronik
- Bayi lahir dari ibu dengan HbsAg (+), apalagi bila HbeAg (+)
b. Dosis dan cara pemberian
Pemberian imunisasi dengan dosis 0,5 cc secara intramuscular. Pada orang dewasa, suntikan sebaiknya di M. deltoideus tetapi pada bayi dan anak kecil lebih baik disuntikkan pada bagian anterolateral paha karena ukuran otot deltoidnya masih kecil. Sebagai perkecualian, vaksin hepatitis B dapat diberikan secara subkutan pada pasien dengan kecendurangan perdarahan berat ( seperti hemofili ).
Vaksinasi dasar terdiri dari 3 dosis :
Dosis pertama : pada tanggal yang dipilih
Dosis kedua : satu bulan kemudian
Dosis ketiga : enam bulan setelah dosis pertama
Kelompok
|
Formulasi
|
Dosis I
|
Dosis 2
|
Dosis 3
|
Bayi & anak £ 10 thn
|
10 mcg/0,5 ml
|
0,5 ml
|
0,5 ml
|
0,5 ml
|
Vaksinasi dasar ini dapat memberikan perlindungan sampai beberapa tahun
Vaksinasi ulang :
Dosis ulang diperlukan setiap 5 tahun setelah vaksinasi dasar (0,5 ml/dosis untuk bayi dan anak ).
c. Efek samping
Reaksi lokal yang umumnya sering dilaporkan adalah rasa sakit, kemerahan dan pembengkaan di sekitar tempat penyuntikan seperti yang terlihat pada vaksin DPT. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya berkurang dalam 2 hari setelah vaksinasi.
Keluhan sistemik yang tidak umum seperti demam, sakit kepala, mual, pusinf dan rasa lelah yang ditemukan belum dapat dibuktikan disebabkan karena pemberian vaksin.
d. Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadsap komponen vaksin. Seperti pada vaksin lainnya, vaksin ini tidak diberikan pada orang terinfeksi demam berat. Efek terhadap perkembangan janin belum diketahui dan oleh karena itu vaksinasi pada wanita hamil tidak direkomendasikan. Tetapi vaksinasi pda wanita hamil dapat dipertimbangakan untuk mencegah hepatitis B pada keadaan resiko tinggi.
5. Campak
Vaksin ini mengandung virus campak suku “ CAM 70” yang masih hidup, tetapi sudah dilemahkan, ditumbuhkan dalam biakan jaringan janin ayam, kemudian dibeku-keringkan.
a. Indikasi
Untuk imunisasi terhadap penyakit campak
b. Dosis dan cara pemberian
Mirip DPT, diberikan dengan dosis 0,5 cc secara subkutan pada M. deltoideus setelah dilarutkan dengan pelarutnya.. Di Indonesia, vaksinasi campak diberikan pada usia 9-12 bulan cukup 1 dosis. Bila anak baru datang pada usia di atas 12 bulan dan ia belum pernah menderita penyakit campak, maka sebaiknya vaksinasi segera diberikan.
Dalam keadaan wabah, imunisasi dapat dilakukan mulai umur 6 bulan disusul dengan suntikan ulangan 6 bulan kemudian dengan 1 dosis 0,5 ml.
c. Efek samping
Bisa timbul efek samping berupa : diare, rash, conjungtivitis, gejala-gejala kataral.
Efek samping vaksinasi campak mungkin akan timbul panas dan ruam setelah masa inkubasi (1 – 2 minggu setelah vaksinasi).
Komplikasi berat akibat campak umumnya terjadi pada masyarakat golongan sosial ekonomi lemah atau rendah, yang tidak mampu memanfaatkan pelayanan rumah sakit. Ada hubungan yang erat antara campak dengan kwashiorkor, marasmus dan xeroftalmia.
d. Kontra Indikasi
- Anak dengan infeksi akut yang disertai demam
- Anak dengan defisiensi imunologik
- Anak dengan pengobatan intensif yang bersifat imunosupresif
- Anak yang mempunyai kerentanan tinggi terhadap protein telur, kanamisin dan eritromisin.
- Wanita hamil
No comments:
Post a Comment