Oleh :
Sukma Wicaturatmashudi
DEFINISI
•Meningitis adalah inflamasi
dari piameter, arachnoid dan CSF (Porth, 2005 dalam Smeltzer et All, 2008).
•Meningitis bakterial
dikarakteristik oleh inflamasi dari seluruh meningen; organisme terutama invasi
ke ruang araknoid dan subaraknoid. Infeksi menyebar sepanjang ruang subaraknoid
melalui CSF di otak dan spinal cord dan biasanya meliputi juga ventrikel
KLASIFIKASI
•Septic
(Infeksi bakteri) yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama
meningokokus, pneumokokus, dan basil influenza. Patogen penyebab utama adalah
streptococcus pneumoniae dan neisseria meningitis (Goetz, 2003).
Haemophilus
influenza merupakan penyebab utama meningitis pada anak-anak. Puncak insiden
pada musim dingin dan awal musim semi.
Faktor yang
meningkatkan resiko : merokok, infeksi virus respiratori atas, OMP dan
mastoditis, penurunan sistem imun tubuh.
•Aseptic
(Infeksi virus), yang disebabkan oleh agen- agen virus atau sekunder dari
lymphoma, leukemia atau HIV.
MANIFESTASI KLINIS
Panas dan headache : gejala awal
Panas cenderung tinggi selama sakit. Headache hebat akibat
iritasi meningeal (Bickley & Szilagyi, 2003).
Manifestasi Iritasi Meningeal :
Nuchal
Rigidity (Stiff neck) (Diepenbrock, 2004)
Kernig’s
sign positif
Brudzinski’s
sign positif. Tanda ini lebih sensitif daripada
Kernig’s sign (Pullen, 2004).
Photophobia.
Lesi kulit
(petekia dari purpura sampai ekimosis)
Disorientasi dan
gangguan memori
Manifestasi
perilaku dapat terjadi da berkembang menjadi lethargi, tidak responsif dan
koma.
Seizure (30%
pasien dewasa dengan S. pneumonia meningitis akibat dari iritabilitas area di
otak (Goetz, 2003).
Peningkatan ICP
(akumulasi eksudat purulen)
Penurunan tingkat kesadaran, focal
motor deficit.
Herniasi brainsteem (uncus lobus
temporal mengalami herniasi melalui tentorium).
Disfungsi saraf kranial dan
penekananpusat fungsi vital
Kelainan–kelainan
neurologik : gangguan fungsi cranial, fungsi sensorik, fungsi motorik berupa :
parastesia dan itching
hiperalgesia
hipotonus dan flacid
kadang-kadang hemiparase atau
hemiplegia
hilangnya sensasi
diplopia,
photofobia
pupil anisokor
PATOFISIOLGI
Rute invasi ke
CNS yang utuh tidak khas. Invasi dapat terjadi melalui pleksus khoroid (
menembus BBB) atau dalam monosit sebagai komponen normal pergerakan seluler. Perubahan
kecil terjadi dalam struktur otak pada stadium awal meningitis.
Pada meningitis bakterial
lanjut, inflamasi berlanjut dengan pembentukan eksudat. Jaringan araknoid dan
pia menebal dan terjadi adhesi khususnya di area terjadinya peningkatan CSF. Arteri
yang menyuplai ruang subaraknoid menjadi ruptur atau trombosis.
KOMPLIKASI
•Komplikasi akut yang bisa terjadi,
meliputi:
•sindrom of inappropriate antidiuretic
hormonal ( SIADH)
•Efusi subdural
•Kejang
•Edema serebral
•Herniasi
•Hidrosephalus
•Komplikasi jangka panjang,
meliputi:
cerebral
palsy
retardasi
mental
kejang
gangguan
memusatkan perhatian
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
•Analisis Cairan Serebro Spinal
:
•Meningitis bakterial :
tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel darah putih dan protein meningkat,
glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri, none +, pandy
+
•Meningitis
virus : tekanan bervariasi, cairan jernih, sel darah putih meningkat,
glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif.
•Glukosa
serum : meningkat ( meningitis).
•LDH serum: meningkat ( pada meningitis bakteri)
•Sel darah putih: sedikit meningkat dengan
peningkatan neutrofil (infeksi bakteri).
•LED : meningkat
•Kultur
darah/hidung/tenggorok/urine : dapat mengindikasikan daerah “pusat” infeksi
atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
•MRI/CT Scan : dapat membantu
melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematoma daerah serebral,
hemoragik atau tumor.
•Rontgen dada, kepala dan sinus
: mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi intra cranial.
MANAGEMEN
Managemen tergantung pada mikroorganisme penyebab dan sumber
infeksi. Ketika organisme diketahui , antibiotik spektrum luas dipakai.
Antibiotik diberikan sekurang-kurangnya 10 hari.
Terapi empiris meningitis bakterial adalah cephalosporin,
rifampin dan vancomycin.
Jika infeksi
primer berlokasi di area frontal (parasinus) atau jika osteomielitis kranial
dialami klien, pembedahan merupakan indikasi setelah fase akut teratasi.
Hal yang perlu
diperhatikan pada infeksi CNS adalah keutuhan BBB menghambat penetrasi lengkap
dari antibiotik
Pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit
Antikonvulsan
PENGKAJIAN
Aktifitas/Istirahat
•DS : perasaan tidak enak (malaise)
• Keterbatasan
yang ditimbulkan oleh kondisinya.
•DO : Ataksia, masalah berjalan,
kelumpuhan, gerakan involunter. Kelemahan secara umum, keterbatasan dalam
rentang gerak. Hipotonia.
Sirkulasi
•DS :adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis.
•DO : tekanan darah meningkat, nadi
menurun dan tekanan nadi berat,takikardi,
disritmia (pada fase akut), seperti disritmia sinus.
Eliminasi
DO : adanya inkontinensia dan/atau retensi.
Makanan/cairan
DS : kehilangan nafsu makan, kesulitan
menelan (pada periode akut)
DO : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek,
membran mukosa kering.
Hygiene
DO : ketergantungan terhadap semua kebutuhan
perawatan diri (pada periode akut)
Neurosensori
DS :
•Sakit kepala, Parastesia, terasa kaku pada semua
persarafan yang terkena, kehilangan sensasi (kerusakan pada saraf cranial),
hiperalgesia/meningkatnya sensitivitas pada nyeri (meningitis), timbul kejang.
• Gangguan penglihatan seperti diplopia, fotopobia,
• Ketulian atau hpersensitif terhadap
kebisingan.
• Adanya halusinasi penghidu/sentuhan.
DO :
•Perubahan status mental/tingkat kesadaran,
letargi sampai kebingungan yang berat
hingga koma.
•Kehilangan memori, sulit dalam mengambil
keputusan.
•Afasia/kesulitan dalam berkomunikasi.
•Mata (ukuran/reaksi pupil); anisokor atau
tidak berespon terhadap cahaya
(peningkatan TIK), nistagmus.
•Ptosis dan perubahan pada fungsi motorik
dan sensorik pada wajah (kerusakan N-VII).
•Otot mengalami hipotonia/flasid paralysis.
•Hemiparese atau hemiplegia,
•Tanda Brudzinski positif dan atau Tanda
Kernig positif merupakan indikasi adanya iritasi meningeal.
•Kaku kuduk (nuchal rigidity),
•Refleks tendon dalam, Babinski
positif.
•Reaksi abdominal menurun/tidak ada,
refleks kremastik hilang pada laki-laki.
Nyeri/kenyamanan
DS
: Sakit kepala, mungkin akan diperburuk
dengan ketegangan; leher, punggung kaku; nyeri pada gerakan ocular,
fotosensitivitas, sakit tenggorok.
DO :
Tampak terus terjaga, perilaku distraksi/gelisah, mengangis.
Pernapasan
DO
: Penigkatan kerja pernapasan
(periode awal)
Perubahan mental
(letargi sampai koma) dan gelisah).
Keamanan
DS : Adanya riwayat infeksi saluran nafas
atas/infeksi lain meliputi mastoiditis, telinga tengah, sinus, abses gigi,
infeksi pelvis
abdomen atau kulit; fungsi lumbal, pembedahan, fraktur pada
tengkorak/cedera kepala, anemia sel sabit. Gangguan penglihatan dan pendengaran.
DO
: suhu meningkat, diaporesis, menggigil. Adanya
rash, purpura menyeluruh, perdarahan sub kutan.
Kelemahan secara umum, tonus otot
flasid atau spastic, paralysis atau paresis.
Gangguan sensasi.
Penyuluhan/Pembelajaran
DS :
Hipersensitif terhadap obat.
Masalah
medis sebelumnya, seperti : penyakit
kronis/gangguan umum, alkoholisme, diabetes
mellitus, splenektomi,
imlantasi pirau ventrikel.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
•Perubahan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral/ interupsi aliran
darah/ gangguan oklusif, hipovolemia
•Ketidakefektifan
termoregulasi yang berhubungan dengan proses infeksi
•Nyeri
kepala b.d oedema cerebral, sirkulasi darah ke otak yang kurang
•Resiko
tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kejang umum atau kejang local.
•Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan diseminata hematogen dari pathogen,
statis cairan tubuh, penekanan respon inflamasi, pemajanan orang lain terhadap
pathogen
•Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular, perubahan kognitif
dan perseptual
Perubahan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral/ penurunan aliran
darah/ gangguan oklusif, hipovolemia
DS :
•Keluhan nyeri kepala, pusing
DO :
•Penurunan tingkat kesadaran
•Perubahan nilai GCS
•Perubahan sensorik dan motorik
•Perubahan tanda-tanda vital
•Perubahan pupil : papil edema, anisokor
•Tanda-tanda rangsang meningen (Kaku kuduk,
brudzinsky’s sign +, kernig’s Sign +)
•Perubahan fungsi cranial
•Terdapatnya reflek patologik
TUJUAN
Perfusi cerebral
adekuat
KRITERIA HASIL
:
•Dalam waktu 2 x 24 jam setelah tindakan :
•Klien dapat mempertahankan dan
meningkatkan status kesadaran
•klien memperlihatkan tanda vital yang
stabil
•klien memperlihatkan tanda-tanda kearah perbaikan
pada fungsi sensorik dan motorik
INTERVENSI
Mandiri :
–Pertahankan tirah baring dengan posisi
kepala datar dan pantau tanda vital sesuai indikasi setelah dilakukan punksi
lumbal
–Pantau/ catat status neurologist dengan
teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya seperti GCS.
–Pantau tanda- tanda vital, seperti catat: Adanya
hipertensi/ hipotensi. Bandingkan tekanan daerah yang terbaca pada kedua
lengan
–Catat Frekuensi dan irama jantung,
auskultasi bunyinya
–Catat pola dan irama dari
pernafasan , seperti;adanya periode apnea setelah pernafasan hiperventilasi,
pernafasan chyne- stokes
Kolaborasi
:
•elevasikan kepala 15 – 45 derajat pada
tempat tidur, pertahankan kepala pada neutral posisi
•Pemberian cairan IVFD hipertonik dan
elektrolit-elektrolit yang diindikasikan
•monitor intake cairan.
•monitor nilai Analisis Gas darah
•berikan 02
•pemberian obat2an : deksametason , metilprednisolon, CPZ,
sesuai indikasi.
Nyeri kepala b.d
oedema cerebral, sirkulasi darah ke otak yang kurang
DS :
•Mengeluh Sakit kepala dengan intensitas
dan lokasi yang berbeda
DO :
•Wajah menyeringai, postur tidak relaks
biasanya memegangi kepala, gelisah,
tidak bisa beristirahat, merintih, skala nyeri 1-10
TUJUAN
•Nyeri kepala teratasi
KRITERIA HASIL
•Dalam waktu : 1 x 24 jam
•penurunan skala nyeri
•klien dapat mentolerir nyeri yang
dirasakan
•ekspresi dan postur relaks
INTERVENSI
Mandiri :
–anjurkan klien untuk bedrest dalam posisi supinasi
(terlentang ) atau posisi elevasi 15 – 45 º sesuai indikasi
–monitor adanya kaku kuduk, iritabilitas,
kejang
–cegah kemungkinan peningkatan suhu tubuh
lebih lanjut dengan kompres hangat
–Bantu klien untuk menghindai batuk, muntah dan
obstipasi.
–Ciptakan kenyamanan dengan melakukan masase pada
punggung
–hindarkan prosedur yang terlalu lama
–Berikan lingkungan yang tenang, ruangan
agak gelap sesuai dengan indikasi.
–Tingkatkan tirah baring, bantulah
kebutuhan perawatan diri yang penting.
–Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman
seperti kepala agak ditinggikan sedikit.
Kolaborasi :
–pemberian obat analgetik seperti acetaminophen,
codein
yeahh.......kembali kasih,,,,,,sorry telat reply,,,,,senangnyah berbagi,,,,,,
ReplyDelete