Welcome

HWAITING!!!!!!!!!!!!!



Friday, 26 August 2011

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MENINGITIS


Oleh :
Sukma Wicaturatmashudi

DEFINISI
Meningitis adalah inflamasi dari piameter, arachnoid dan CSF (Porth, 2005 dalam Smeltzer et All, 2008).
Meningitis bakterial dikarakteristik oleh inflamasi dari seluruh meningen; organisme terutama invasi ke ruang araknoid dan subaraknoid. Infeksi menyebar sepanjang ruang subaraknoid melalui CSF di otak dan spinal cord dan biasanya meliputi juga ventrikel
KLASIFIKASI
Septic (Infeksi bakteri) yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama meningokokus, pneumokokus, dan basil influenza. Patogen penyebab utama adalah streptococcus pneumoniae dan neisseria meningitis (Goetz, 2003).
            Haemophilus influenza merupakan penyebab utama meningitis pada anak-anak. Puncak insiden pada musim dingin dan awal musim semi.
            Faktor yang meningkatkan resiko : merokok, infeksi virus respiratori atas, OMP dan mastoditis, penurunan sistem imun tubuh.
           
Aseptic (Infeksi virus), yang disebabkan oleh agen- agen virus atau sekunder dari lymphoma, leukemia atau HIV.



MANIFESTASI KLINIS
Panas dan headache : gejala awal
Panas cenderung tinggi selama sakit. Headache hebat akibat iritasi meningeal (Bickley & Szilagyi, 2003).
Manifestasi Iritasi Meningeal :
            Nuchal Rigidity (Stiff neck) (Diepenbrock, 2004)
            Kernig’s sign positif
            Brudzinski’s sign positif. Tanda ini lebih sensitif daripada           Kernig’s sign (Pullen, 2004).
            Photophobia.
Lesi kulit (petekia dari purpura sampai ekimosis)
Disorientasi dan gangguan memori
Manifestasi perilaku dapat terjadi da berkembang menjadi lethargi, tidak responsif dan koma.

           





Seizure (30% pasien dewasa dengan S. pneumonia meningitis akibat dari iritabilitas area di otak (Goetz, 2003).
Peningkatan ICP (akumulasi eksudat purulen)
            Penurunan tingkat kesadaran, focal motor deficit.
            Herniasi brainsteem (uncus lobus temporal mengalami herniasi melalui tentorium).


            Disfungsi saraf kranial dan penekananpusat fungsi vital

Kelainan–kelainan neurologik : gangguan fungsi cranial, fungsi sensorik, fungsi motorik berupa :
            parastesia dan itching
            hiperalgesia
            hipotonus dan flacid
            kadang-kadang hemiparase atau hemiplegia
            hilangnya sensasi
            diplopia,
            photofobia
            pupil anisokor
PATOFISIOLGI
Rute invasi ke CNS yang utuh tidak khas. Invasi dapat terjadi melalui pleksus khoroid ( menembus BBB) atau dalam monosit sebagai komponen normal pergerakan seluler. Perubahan kecil terjadi dalam struktur otak pada stadium awal meningitis.
Pada meningitis bakterial lanjut, inflamasi berlanjut dengan pembentukan eksudat. Jaringan araknoid dan pia menebal dan terjadi adhesi khususnya di area terjadinya peningkatan CSF. Arteri yang menyuplai ruang subaraknoid menjadi ruptur atau trombosis.

KOMPLIKASI
Komplikasi akut yang bisa terjadi, meliputi:
sindrom of inappropriate antidiuretic hormonal ( SIADH)
Efusi subdural
Kejang
Edema serebral
Herniasi
Hidrosephalus
Komplikasi jangka panjang, meliputi:
            cerebral palsy
            retardasi mental           
            kejang
            gangguan memusatkan perhatian
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Analisis Cairan Serebro Spinal :
Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri, none +, pandy +
Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif.
Glukosa serum : meningkat ( meningitis).
LDH serum: meningkat ( pada meningitis bakteri)
Sel darah putih: sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri).

LED : meningkat
Kultur darah/hidung/tenggorok/urine : dapat mengindikasikan daerah “pusat” infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
MRI/CT Scan : dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematoma daerah serebral, hemoragik atau tumor.
Rontgen dada, kepala dan sinus : mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi intra cranial.
MANAGEMEN
Managemen tergantung pada mikroorganisme penyebab dan sumber infeksi. Ketika organisme diketahui , antibiotik spektrum luas dipakai. Antibiotik diberikan sekurang-kurangnya 10 hari.
Terapi empiris meningitis bakterial adalah cephalosporin, rifampin dan vancomycin.
Jika infeksi primer berlokasi di area frontal (parasinus) atau jika osteomielitis kranial dialami klien, pembedahan merupakan indikasi setelah fase akut teratasi.
Hal yang perlu diperhatikan pada infeksi CNS adalah keutuhan BBB menghambat penetrasi lengkap dari antibiotik
Pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
Antikonvulsan

PENGKAJIAN
Aktifitas/Istirahat
DS    : perasaan tidak enak (malaise)
           Keterbatasan yang ditimbulkan oleh kondisinya.
DO    : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter. Kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak. Hipotonia.

Sirkulasi
DS :adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis.
DO :  tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi berat,takikardi,  disritmia (pada fase akut), seperti disritmia sinus.

Eliminasi
DO : adanya inkontinensia dan/atau retensi.

Makanan/cairan
DS : kehilangan nafsu makan, kesulitan menelan (pada periode akut)

DO : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.

Hygiene
DO : ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri (pada  periode akut)

Neurosensori
DS       : 
Sakit kepala, Parastesia, terasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan sensasi (kerusakan pada saraf cranial), hiperalgesia/meningkatnya sensitivitas pada nyeri (meningitis), timbul kejang.
Gangguan penglihatan seperti diplopia, fotopobia,
Ketulian atau hpersensitif terhadap kebisingan.
Adanya halusinasi penghidu/sentuhan.

DO      :
Perubahan status mental/tingkat kesadaran, letargi sampai kebingungan  yang berat hingga koma.
Kehilangan memori, sulit dalam mengambil keputusan.
Afasia/kesulitan dalam berkomunikasi.
Mata (ukuran/reaksi pupil); anisokor atau tidak berespon terhadap cahaya  (peningkatan TIK), nistagmus.
Ptosis dan perubahan pada fungsi motorik dan sensorik pada wajah (kerusakan N-VII).
Otot mengalami hipotonia/flasid paralysis.
Hemiparese atau hemiplegia,
Tanda Brudzinski positif dan atau Tanda Kernig positif merupakan indikasi adanya iritasi meningeal.
Kaku kuduk (nuchal rigidity),
Refleks tendon dalam, Babinski positif.
Reaksi abdominal menurun/tidak ada, refleks kremastik hilang pada laki-laki.

Nyeri/kenyamanan

DS       :  Sakit kepala, mungkin akan diperburuk dengan ketegangan; leher, punggung kaku; nyeri pada gerakan ocular, fotosensitivitas, sakit tenggorok.

DO    :  Tampak terus terjaga, perilaku distraksi/gelisah, mengangis.

Pernapasan
DO     :  Penigkatan kerja pernapasan (periode awal)
                        Perubahan mental (letargi sampai koma) dan     gelisah).

Keamanan
DS   :  Adanya riwayat infeksi saluran nafas atas/infeksi lain meliputi mastoiditis, telinga tengah, sinus, abses gigi, infeksi pelvis                      abdomen atau kulit; fungsi lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak/cedera kepala, anemia sel sabit. Gangguan penglihatan dan pendengaran.

DO    :  suhu meningkat, diaporesis, menggigil. Adanya rash, purpura menyeluruh, perdarahan sub kutan.
            Kelemahan secara umum, tonus otot flasid atau spastic, paralysis atau paresis.
            Gangguan sensasi.

Penyuluhan/Pembelajaran
DS         :  Hipersensitif terhadap obat.
                                    Masalah medis sebelumnya, seperti :                             penyakit kronis/gangguan umum,                                   alkoholisme, diabetes mellitus,                           splenektomi, imlantasi pirau ventrikel.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral/ interupsi aliran darah/ gangguan oklusif,  hipovolemia
Ketidakefektifan termoregulasi yang berhubungan dengan proses infeksi
Nyeri kepala b.d oedema cerebral, sirkulasi darah ke otak yang kurang
Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kejang umum atau kejang local.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan diseminata hematogen dari pathogen, statis cairan tubuh, penekanan respon inflamasi, pemajanan orang lain terhadap pathogen
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular, perubahan kognitif dan perseptual
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral/ penurunan aliran darah/ gangguan oklusif,  hipovolemia
DS :
Keluhan nyeri kepala, pusing
DO :
Penurunan tingkat kesadaran
Perubahan nilai GCS
Perubahan sensorik dan motorik
Perubahan tanda-tanda vital
Perubahan pupil : papil edema, anisokor
Tanda-tanda rangsang meningen (Kaku kuduk, brudzinsky’s sign +, kernig’s Sign +)
Perubahan fungsi cranial
Terdapatnya reflek patologik

TUJUAN
Perfusi cerebral adekuat

KRITERIA HASIL :
Dalam waktu 2 x 24 jam setelah tindakan :
Klien dapat mempertahankan dan meningkatkan status kesadaran
klien memperlihatkan tanda vital yang stabil
klien memperlihatkan tanda-tanda kearah perbaikan pada fungsi sensorik dan motorik
INTERVENSI
Mandiri :
Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital sesuai indikasi setelah dilakukan punksi lumbal
Pantau/ catat status neurologist dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya seperti GCS.
Pantau tanda- tanda vital, seperti catat: Adanya hipertensi/ hipotensi. Bandingkan tekanan daerah yang terbaca pada kedua lengan
Catat Frekuensi dan irama jantung, auskultasi bunyinya
Catat pola dan irama dari pernafasan , seperti;adanya periode apnea setelah pernafasan hiperventilasi, pernafasan chyne- stokes

Kolaborasi :
elevasikan kepala 15 – 45 derajat pada tempat tidur, pertahankan kepala pada neutral posisi
Pemberian cairan IVFD hipertonik dan elektrolit-elektrolit yang diindikasikan
monitor intake cairan.
monitor nilai Analisis Gas darah
berikan 02
pemberian obat2an  : deksametason , metilprednisolon, CPZ, sesuai indikasi.
Nyeri kepala b.d oedema cerebral, sirkulasi darah ke otak yang kurang
DS :
Mengeluh Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda
DO :
Wajah menyeringai, postur tidak relaks biasanya memegangi kepala, gelisah,  tidak bisa beristirahat, merintih, skala nyeri  1-10

TUJUAN
Nyeri kepala teratasi

KRITERIA HASIL
Dalam waktu : 1 x 24 jam
penurunan skala nyeri
klien dapat mentolerir nyeri yang dirasakan
ekspresi dan postur relaks
INTERVENSI
Mandiri :
anjurkan klien untuk bedrest dalam posisi supinasi (terlentang ) atau posisi elevasi 15 – 45 º sesuai indikasi
monitor adanya kaku kuduk, iritabilitas, kejang
cegah kemungkinan peningkatan suhu tubuh lebih lanjut dengan kompres hangat
Bantu klien untuk menghindai batuk, muntah dan obstipasi.
Ciptakan kenyamanan dengan melakukan masase pada punggung
hindarkan prosedur yang terlalu lama

Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai dengan indikasi.
Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting.
Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman seperti kepala agak ditinggikan sedikit.

Kolaborasi :
pemberian obat analgetik seperti acetaminophen, codein

1 comment:

  1. yeahh.......kembali kasih,,,,,,sorry telat reply,,,,,senangnyah berbagi,,,,,,

    ReplyDelete